HARIANSULSEL.COM, Makassar – Pascasarjana UIN Alauddin Makassar menyelenggarakan konferensi Internasional, Senin (25/11) bertempat di Four Points by Sheraton Makassar, Senin (25/11), yang mengusung tema “Strengthening the Interconnection of Science, Islamic Civilization, and Global Transformation” yang diusung dalam kegiatan The 2nd International Conference on Science and Islamic Studies (ICOSIS) 2024, kegiatan ini menawarkan ruang diskusi yang luas dan mendalam mengenai peran penting ilmu pengetahuan dalam menyokong peradaban, khususnya peradaban Islam, dalam konteks dinamika transformasi global. Dalam tema ini, menurut penulis terkandung harapan untuk mengembalikan kedigdayaan intelektual peradaban Islam, yang dahulu pernah menjadi pusat pengetahuan dunia, sekaligus menjawab tantangan-tantangan global yang semakin kompleks.
Sejarah mencatat bahwa pada masa keemasan Islam, peradaban ini memainkan peran sentral dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Kota-kota seperti Baghdad, Kairo, dan Cordoba menjadi mercusuar intelektual dunia. Ilmuwan Muslim seperti Al-Khwarizmi, Ibn Sina, dan Al-Biruni menghasilkan karya-karya monumental yang tidak hanya membangun dasar ilmu pengetahuan modern tetapi juga menjembatani peradaban Timur dan Barat. Namun, kemunduran peradaban Islam dalam beberapa abad terakhir menunjukkan adanya keterputusan antara warisan intelektual ini dan perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Tema ini menggarisbawahi pentingnya mengatasi keterputusan tersebut dengan memperkuat kembali sinergi antara ilmu pengetahuan dan nilai-nilai peradaban Islam. Peradaban Islam memiliki fondasi yang kuat dalam menjadikan ilmu pengetahuan sebagai bagian integral dari kehidupan. Al-Qur’an sendiri berkali-kali menekankan pentingnya berpikir kritis, mengobservasi alam semesta, dan mencari pengetahuan. Namun, dalam konteks modern, bagaimana nilai-nilai ini diterjemahkan ke dalam upaya mengatasi persoalan global yang kompleks seperti perubahan iklim, ketimpangan ekonomi, dan krisis kemanusiaan?
Salah satu tantangan besar dalam memperkuat hubungan ini adalah menemukan keseimbangan antara tradisi dan modernitas. Ilmu pengetahuan modern sering dianggap sebagai sesuatu yang netral dan bebas nilai, sementara Islam memiliki pendekatan yang holistik dan nilai-nilai yang menyertainya. Dialog antara keduanya harus mengedepankan harmoni, di mana ilmu pengetahuan tidak hanya dilihat sebagai alat untuk memahami dunia secara material tetapi juga sebagai sarana untuk memperkaya spiritualitas dan etika. Dengan kata lain, ilmu pengetahuan dalam kerangka Islam seharusnya tidak hanya berorientasi pada hasil, tetapi juga mempertimbangkan dampaknya terhadap kesejahteraan manusia secara keseluruhan.
Dalam konteks transformasi global, peran peradaban Islam juga harus lebih aktif dan transformatif. Dunia saat ini menghadapi tantangan-tantangan yang melampaui batas geografis dan kebudayaan, seperti disrupsi teknologi, globalisasi ekonomi, dan krisis lingkungan. Peradaban Islam, melalui warisan intelektualnya, memiliki potensi besar untuk menawarkan solusi berbasis etika dan keberlanjutan. Namun, potensi ini hanya dapat terwujud jika terjadi kolaborasi yang erat antara ilmuwan, intelektual, dan pemimpin Muslim dengan komunitas global.
Hal lain yang perlu disoroti adalah pentingnya revitalisasi pendidikan dalam dunia Islam. Transformasi global hanya dapat terjadi jika umat Islam mampu berpartisipasi aktif dalam produksi ilmu pengetahuan, bukan sekadar menjadi konsumen pasif. Kurikulum pendidikan di dunia Islam harus mencerminkan keseimbangan antara warisan intelektual Islam dan inovasi ilmiah modern. Selain itu, perlu ada upaya serius untuk mendorong penelitian dan pengembangan di negara-negara mayoritas Muslim, dengan dukungan penuh dari pemerintah dan institusi keagamaan.
Tema ini juga mengajak kita untuk merenungkan peran etika Islam dalam membentuk ilmu pengetahuan yang lebih bertanggung jawab. Dalam era di mana kemajuan teknologi sering kali mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan, Islam dapat menawarkan panduan moral yang kuat. Prinsip-prinsip seperti keadilan, keseimbangan, dan tanggung jawab terhadap makhluk lain dapat menjadi landasan bagi ilmu pengetahuan yang tidak hanya mengejar kemajuan teknis tetapi juga keberlanjutan dan harmoni sosial.
Sebagai penutup, tema “Strengthening the Interconnection of Science, Islamic Civilization, and Global Transformation” adalah sebuah ajakan untuk membangun kembali jembatan antara masa lalu yang gemilang, tantangan masa kini, dan harapan masa depan. Keterhubungan yang kuat antara ilmu pengetahuan, nilai-nilai Islam, dan transformasi global bukan hanya sebuah idealisme, tetapi sebuah keharusan. Hanya dengan cara inilah umat manusia dapat menghadapi kompleksitas dunia modern sambil tetap berpegang pada nilai-nilai luhur yang memberikan makna sejati bagi kehidupan.
Penulis: Andy – Dosen IAIN Ternate, Awardee BIB-LPDP Program Doktor UIN Alauddin Makassar, Pemakalah ICOSIS 2024