HARIANSULSEL.COM, Makassar – Ketua DPW NasDem Sulsel, Rusdi Masse Mappasessu (RMS) melontarkan sindiran tajam bernuansa hinaan kepada lawan politik usungannya di Pilgub Sulsel 2024.
Hal tersebut muncul saat RMS menyampaikan tudingan terhadap calon wakil gubernur lain yang dinilai tidak memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat, khususnya warga Pinrang.
Meskipun RMS tidak menyebut nama secara langsung, publik menduga bahwa ungkapan tersebut ditujukan kepada Azhar Arsyad.
Mengingat Azhar adalah satu-satunya putra asli Kabupaten Pinrang yang saat ini bertarung di arena Pilgub Sulsel.
Ungkapan bernada sinis RMS itu terekam dalam video dan viral di media sosial.
Menanggapi hal itu, salah seorang Aktivis Muda DDI, Khalis Yapono turut angkat bicara.
Ia tidak terima, Azhar Arsyad yang merupakan representasi figur santri dituding tidak berbuat apa-apa untuk kemaslahatan masyarakat, khususnya di Kabupaten Pinrang.
Hal ini tentu sama halnya menuding bahwa seorang figur santri tidak bertanggung jawab ketika diberi amanah.
“Kak Azhar itu representasi tokoh santri dengan berbagai latar belakang pengalamannya. Prinsip amanah dalam diri beliau telah tertanam kuat dengan pengalaman kesantrian yang dimiliknya. Jadi, jangan rendahkan santri dengan ungkapan penghinaan,” tegas Khalis.
Ia menjelaskan, selama Azhar Arsyad menjabat sebagai Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Selatan telah memberikan kontribusi nyata terhadap pembinaan generasi muda, termasuk kaum pesantren.
Mulai dari menginisiasi Perda Pesantren, hingga pemberian bantuan BLK di berbagai pesantren wilayah daerah pemilihannya.
Tidak hanya untuk kaum santri, aspirasi Azhar juga diberikan untuk kaum petani, nelayan, pelaku UMKM, kelompok perempuan, dan kelompok rentan lainnya.
“Kami yakin, semangat berbagi aspirasi yang selalu ditunjukkan oleh beliau, tidak terlepas dari pengalamannya sebagai tokoh yang aktif dalam dunia kesantrian. Mulai dari menjadi aktivis Ikatan Mahasiswa DDI, mendirikan Lembaga Kajian dan Pendidikan Masyarakat Pesantren (LKPMP), hingga menjabat sebagai Sekjend Pengurus Besar DDI,” jelas Khalis.
Ia menambahkan, RMS mestinya belajar dari Azhar Arsyad tentang bagaimana mempraktikkan politik santun yang mengedukasi masyarakat.
Bukan malah terlibat dalam praktik politik ujaran kebencian, olokan, sarat dengan pesan kebohongan.
Sebagai bagian dari kelompok santri, lanjut Khalis, ia akan senantiasa terdorong untuk melawan segala bentuk praktik-praktik politik merendahkan, yang merusak tatanan etika kemasyarakatan.
“Bukankah Allah telah mengingatkan kita dalam surah Al-Hujurat : 11, hai orang-orang yang beriman, janganlah engkau merendahkan/mengolok-olok kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka,” pungkas Khalis. (rls)