HARIANSULSEL.COM, Makassar — Sebagai langkah nyata menuju kota hijau dan berkelanjutan, Pemerintah Kota Makassar melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) bekerja sama dengan Universitas Bosowa (Unibos) secara resmi meluncurkan Makassar Eco Circular Hub (MEC Hub), Senin (6/10). Program ini menjadi tonggak penting dalam mewujudkan pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular yang melibatkan kolaborasi lintas sektor—pemerintah, akademisi, swasta, dan masyarakat.
Peluncuran MEC Hub berlangsung di Gedung Lestari 45 Universitas Bosowa, dirangkaikan dengan agenda Pembekalan KKN Tematik Unibos Angkatan 59 yang mengusung misi pengabdian masyarakat di bidang lingkungan dan pengelolaan sampah.
Acara ini dihadiri langsung oleh Wali Kota Makassar, Bapak Munafri Arifuddin, S.H., Ketua Dewan Lingkungan Hidup, Ibu Hj. Melinda Aksa, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar, Dr. Helmy Budiman, S.STP., M.M., Kepala Dinas Perikanan dan Pertanian, Ibu Aulia Arsyad, S.STO., M.Si., Ketua Pokja 4 PKK, Ibu Indira Purnamasari, S.E., serta sejumlah camat dan lurah dari wilayah pilot project MEC. Turut hadir pula Rektor Universitas Bosowa beserta jajaran pimpinan, serta Direktur Riset, Inovasi, dan Pemberdayaan Masyarakat, Dr. Ir. H. Syahrul Sariman, M.T.
Dalam sambutannya, Wali Kota Makassar, Bapak Munafri Arifuddin, menegaskan bahwa peluncuran MEC Hub merupakan bagian dari roadmap Kota Makassar menuju Makassar Bebas Sampah 2029.
Menurutnya, tantangan pengelolaan sampah tidak hanya bergantung pada regulasi, tetapi juga perubahan perilaku masyarakat sejak dari rumah tangga.
“Pekerjaan ini tidak mudah, tapi juga tidak sulit. Kuncinya adalah mengubah kebiasaan. Dengan dua tempat sampah—organik (sampah makanan/dapur) dan anorganik (sampah kering)—lebih dari separuh persoalan sampah bisa diselesaikan di tingkat rumah tangga. Jika semua pihak berkolaborasi, Makassar akan benar-benar bebas dari sampah,” ujarnya.
Ia juga menyampaikan pesan khusus kepada Rektor Unibos untuk menggerakkan program ‘Satu Mahasiswa, Satu Pohon’ sebagai langkah nyata mendukung penghijauan kota.
Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar, Dr. Helmy Budiman, dalam pemaparannya menyampaikan kondisi terkini persampahan di Kota Makassar serta target capaian pengurangan dan pengelolaan sampah hingga tahun 2029.
Ia menekankan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam mencapai target tersebut, termasuk melalui penguatan sistem pemilahan di sumber dan optimalisasi fasilitas pengolahan terpadu di tingkat kelurahan.
Adapun pemaparan tentang Makassar Eco Circular Hub disampaikan oleh Marini Ambo Wellang, Anggota Dewan Lingkungan Hidup Kota Makassar, yang menjelaskan bahwa MEC Hub merupakan wadah sinergi antar pemangku kepentingan untuk memperkuat kapasitas masyarakat dalam mengelola sampah secara berkelanjutan.
MEC Hub dirancang sebagai ruang kolaboratif untuk edukasi, inovasi, dan pemberdayaan komunitas agar lebih berdaya dalam praktik ekonomi sirkular.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa setiap pihak memiliki peran strategis dalam implementasi MEC Hub. Camat diharapkan berperan sebagai koordinator edukasi dan pelatihan petugas kebersihan, sedangkan lurah dan RT/RW bertugas mengidentifikasi potensi sumber sampah di wilayah mereka—baik dari sektor bisnis, perkantoran, pasar, maupun sekolah.
Di tingkat masyarakat, kelompok swadaya dan komunitas akan mengelola bank sampah unit (BSU), memperkuat jejaring antar pengelola, serta mengembangkan inovasi upcycle dan produk daur ulang.
Sementara itu, sektor HORECA (hotel, restoran, dan kafe) akan berkolaborasi dalam reduksi limbah makanan serta aktif melakukan pemilahan sampah di sumbernya, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan dan mempermudah proses daur ulang di MEC Hub.
Sebagai pilot project, Makassar Eco Circular Hub akan dijalankan di empat lokasi, yaitu:
1. Kelurahan Untia, melibatkan kelompok swadaya masyarakat binaan DLH;
2. Kelurahan Panambungan dan
3. Kelurahan Baru, yang akan mengoptimalkan TPS3R (Tempat Pengelolaan Sampah Reduce-Reuse-Recycle) yang telah beroperasi di wilayah tersebut; serta
4. Kelurahan Paropo, yang bekerja sama dengan Urban Agrofarm, pengelola fasilitas maggot milik swasta yang mampu menerima hingga 5 ton sampah makanan per hari.
Keempat lokasi ini akan menjadi model percontohan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat, yang dapat direplikasi di wilayah lain di Kota Makassar.
Rektor Universitas Bosowa dalam sambutannya menegaskan bahwa keterlibatan mahasiswa KKN Tematik dalam program MEC Hub merupakan bentuk nyata kontribusi kampus terhadap pembangunan kota berkelanjutan.
“Mahasiswa Unibos hadir di tengah masyarakat bukan hanya untuk belajar, tetapi untuk menjadi bagian dari solusi. Berada di masyarakat adalah ujian sejati—di situlah mahasiswa akan dilihat, apakah mampu beradaptasi dan memberi dampak,” ungkapnya.
Melalui peluncuran Makassar Eco Circular Hub, Pemerintah Kota Makassar bersama Unibos menegaskan komitmen bersama untuk mendorong lahirnya ekosistem pengelolaan sampah yang cerdas, partisipatif, dan bernilai ekonomi.
Program ini diharapkan dapat memperkuat budaya kolaborasi lintas sektor, menumbuhkan kesadaran lingkungan di tingkat warga, serta mewujudkan Makassar sebagai kota bersih, hijau, dan berdaya sirkular pada tahun 2029. (and/hs)