Indahnya Islam dan Bijaksananya Rasulullah

HARIANSULSEL.COM – Ada orang yang membayangkan bahwa ajaran-ajaran Islam yang diwajibkan kepada umatnya cukup berat. Ada shalat fardu yang wajib dilakukan 5 kali sehari semalam. Ada puasa yang dilakukan sebulan dalam bulan Ramadhan. Ada lagi kewajiban lain yang dipandang terlalu memberatkan.
Ada lagi sanksi-sanki yang terlalu berat, kalau ada pelanggaran yang dilakukan. Kalau mencuri, dipotong tangannya. Kalau berzina, dirajam badannya. Setiap ada pelanggaran, pasti ada sanksinya.
Tetapi Anda juga tahu bahwa meskipun ada kewajiban yang berat dilakukan, tetapi pada saat Anda berada di dalam kondisi tertentu, Anda mendapatkan kemudahan yang luar biasa yang diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya. Seperti shalat, hukum asalnya wajib dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan sesuai pula dengan waktunya. Tetapi dalam keadaan-keadaan tertentu yang Anda hadapi, Anda boleh menjamaknya dan boleh pula mengqasharnya.
Mari kita lihat sebuah hadis yang menggambarkan bagaimana indahnya ajaran Islam yang suka memberi kemudahan dalam kondisi tertentu, dan bagaimana pula bijaksananya Rasulullah panutan kita, yang memberikan kemudahan kepada kita ketika kita menghadapi persoalan yang sulit.
Hadis riwayat Bukhari di bawah ini menggambarkan dialog seorang sahabat yang tidak sanggup membayar denda (kaffarat) puasanya akibat dia berhubungan dengan isterinya pada saat dia berpuasa. Inilah dialognya :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: هَلَكْتُ، فَقَالَ: «وَمَا ذَاكَ؟»، قَالَ: وَقَعْتُ بِأَهْلِي فِي رَمَضَانَ، قَالَ: «تَجِدُ رَقَبَةً؟»، قَالَ: لاَ، قَالَ: «فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ؟»، قَالَ: لاَ، قَالَ: «فَتَسْتَطِيعُ أَنْ تُطْعِمَ سِتِّينَ مِسْكِينًا؟» قَالَ: لاَ، قَالَ: فَجَاءَ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ بِعَرَقٍ، وَالعَرَقُ المِكْتَلُ فِيهِ تَمْرٌ، فَقَالَ: «اذْهَبْ بِهَذَا فَتَصَدَّقْ بِهِ»، قَالَ: عَلَى أَحْوَجَ مِنَّا يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالحَقِّ مَا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا أَهْلُ بَيْتٍ أَحْوَجُ مِنَّا، قَالَ: «اذْهَبْ فَأَطْعِمْهُ أَهْلَكَ. رواه البخاري.
Dari Abu Hurairah r.a., dia berkata: Seseorang pernah datang kepada Rasulullah, lalu dia berkata: “Celaka aku ya Rasulallah.” Lalu Rasulullah bertanya: “Apa itu?” Dia berkata: “Aku telah berhubungan badan denganku (pada siang hari) di bulan Ramadhan. Rasulullah bersabda: “Apakah engkau dapat menemukan seorang budak?” Dia berkata: “Tidak.” Rasulullah lalu bertanya lagi: “Aapakah engkau mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Dia berkata: “Aku tidak sanggup.” Lalu Rasulullah bersabda: “Lalu apakah engkau mampu memberi makan 60 orang miskin?” Dia berkata: “Aku tidak sanggup.” Abu Hurairah lalu berkata: “Tiba-tiba datang seseorang dengan membawa satu kantung kurma (lalu diberikannya kepadanya). Lalu Rasulullah bersabda: “Pergilah dengan sekantung kurma ini, dan bersedekahlah dengannya.” Dia berkata lagi: “Tidak ada yang lebih membutuhkannya selain daripada kami ya Rasulallah. Demi Allah yang mengutusmu dengan benar, tidak ada di antara keluarga yang lebih membutuhkan (kurma ini) selain dari daripada keluarga kami. Rasulullah berkata: “Pergilah, lalu berilah makan keluargamu.”
Kesan kita dari hadis di atas adalah ajaran Islam itu begitu indahnya, dan begitu bijaknya Rasulullah. Seharusnya orang itu membayar denda akibat perbuatannya mulai dari hal yang sangat berat, lalu kepada yang berat, lalu kepada kepada yang lebih ringan dengan memberi makan 60 fakir miskin. Dia tidak sanggup untuk melakukan apa pun, bahkan dia adalah seseorang yang sangat membutuhkan makanan. Ketika diberikan kepadanya makanan untuk diobagikan kepada fakir miskin, malah Nabi memerintahkan kepadanya untuk membawa pulang makanan itu, lalu dia sendiri dan keluarganya yang memanfaatkan makanan itu.
Demikianlah gambaran tentang indahnya ajaran Islam yang rahmatan lil alamiin, dan bijaksananya Rasulullah panutan kita. Wallaahu a’lam. Semoga bermanfaat. Aamiin.
Penulis: Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *