Revolusi Industri: Dosen, Digital dan Produktifitas

HARIANSULSEL.COM, Makassar – Pendidik terbaik adalah orang yang menganjurkan bukan men-dogma-kan, dan menginspirasi pendengarnya dengan harapan bisa mengajarkan dirinya sendiri. Menghadapi revolusi industri 4.0, peran dosen dalam perguruan tinggi sangat penting dan strategis. Di era digitalisasi, seorang dosen harus mampu beradaptasi dengan kemajuan teknologi. untuk menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing tinggi dan siap berkompetisi dibutuhkan dosen yang memiliki kompetensi inti keilmuan (core competence) yang kuat, mempunyai soft skill, critical thinking, kreatif, komunikatif dan mampu berkolaborasi dengan baik dengan mahasiswa. Dosen dituntut untuk berinovasi agar bisa meningkatkan produktifitasnya sebagai pengajar dan pendidik. Dosen harus bisa menyesuaikan diri dengan menghadirkan berbagai pembelajaran berbasis teknologi. Dosen bisa menghadirkam pembelajaran berbasis aplikasi, game atau visual lainnya. Tidak hanya tulisan tetapi juga dialihkan ke konten digital.
Pola pembelajaran harus mampu mengikuti perkembangan teknologi sehingga mampu menghasilkan lulusan berdaya saing tinggi. Dosen juga berperan menebar passion dan menginspirasi mahasiswa serta menjadi teman bagi mahasiswa, teladan dan berkarakter. Tend Mahasiswa jaman now cenderung menyukai pembelajaran visual yang menarik dan menyenangkan. Dosen dapat menggunakan pembelajaran dengan video dalam penyampaian materi yang  berat, agar mahasiswa semakin tertarik dan antusias untuk mengikuti proses belajar. Dosen juga dituntut mengikuti program kompetensi inti yang sesuai dengan kebutuhan revolusi industri 4.0. Salah satu kuncinya adalah inovasi.
Kompetensi Digital dan Produktivitas
Kampus di Era digital adalah salah satu kajian menarik kekinian. Bagaimana sebuah kompetensi digital ditumbuhkan dalam lingkungan akademik perguruan tinggi sehingga menjadi sebuah strategi dan langkah-langkah strategis guna peningkatan proses pendidikan yang dilakukan. Apa permasalahan dalam pemanfaatan teknologi digital mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan dalam proses mendapatkan informasi, mengevaluasi informasi, menciptakan dan meyebarkan knowledge baru memberikan gambaran kompetensi yang dibutuhkan guna keluar dari permasalahan yang ada.
Pemanfaatan, penggunaan dan kompetensi digital mejadi solusi dan strategi dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada pada perguruan tinggi khususnya dalam menghadapi era pendidikan modern. Kompetensi Knowledge Assembly, Etika Komputer, Internet Searching, Content Evaluation, Knowledge Assembly, Manajement Data, Security Computer, Backup Data, Hypertextual Navigation, dan Maintenance Computer merupakan sebuah keharusan yang menjadi penting terhadap operasinal pendidikan. Mahasiswa, dosen, dan tenaga kependidikan diharapakkan mencapai dan memiliki kompetensi digital untuk keluar dari permasalahan yang ada, lebih lanjut akan memberikan kontribusi besar terhadap tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Impelemntasi kompetensi digital membutuhkan langkah-langkah strategis dan perencanaan yang baik sehinga dapat terwujud dan memberikan kontribus maksimal terhadap peningkatan pendidikan di era modern. Model, strategi, dan pendekatan pembelajaran salah satu bentuk strategi impelemtasi kompetensi digital pada mahasiswa. Sedangkan untuk dosen dan tenaga kependidikan, langkah strategis implementasi kompetensi digital dapat dilakukan melalui seminar, pelatihan, Focus Group Discussion (FGD), dan berbgai kegiatan knowledge sharing.
Fasilitas e-learning yang berkembang sekarang ini dapat dimanfaatkan oleh dosen maupun mahasiswa. Dosen dapat mengirim bahan perkuliahan, melaksanakan kuis, menyampaikan informasi seputar perkuliahan hingga membuat forum diskusi yang membahas suatu hal. Begitu pula halnya dengan mahasiswa, mereka dapat mengunduh bahan perkuliahan yang diberikan dosen, mencari tahu informasi perkuliahan, ikut aktif dalam forum diskusi dan sebagainya. Teknologi digital membuat dunia pendidikan tinggi menjadi semakin produktif.
Saat ini teknologi digital sudah mencakup semua sisi kehidupan. Digital dengn segala perangkat teknologinya dapat membantu dalam komunikasi dan pembelajaran. Era digital menjadi saluran ekspresi manusia yang tak terbatas dan menyentuh banyak sisi, hal ini tentunya dapat menjadi suatu hal yang positif (sekaligus benih kejahatan yang mengerikan). Di Internet setiap menit nya ratusan juta orang membuat konten yang tak terhitung banyaknya, dalam hal ini tentu dapat menjadi keuntungan bagi semua orang.
Jika ingin mencoba belajar coding, tinggal mengunjungi codecademy.com, code.org ataupun w3schools.com untuk belajar berbagai macam bahasa pemrograman. Jika saya tertarik melihat bagaimana perkuliahan di luar negeri, maka tinggal mengunjungi coursera.com, edx.org, ocw.mit.com, dan lainnya.  Jika  ingin memesan tiket pesawat, maka cukup mengunjungi traveloka.com untuk issued tiket dan perlihatkan ke petugas bandara. Jika saya ingin melepas rindu dengan saudara yang berada diluar kota, saya dapat memanfaatkan layanan video call (misalnya dari line, skype, dsb). Jika ingin menanyakan suatu hal, apapun itu halnya, saya tinggal mengunjungi quora.com disana kita dapat menanyakan segala hal yang ingin kita tanyakan yang akan di jawab oleh para pakar di bidang nya.
Di Era digital ini, hampir segala aktifitas dan kegiatan di segala bidang kehidupan tidak terlepas dari digital. Tentu jika di lihat dari sisi positifnya, hal ini membuat penggunannya menjadi lebih produktif. Harus di ketahui pula era digital dengan teknologi internet yang masif ibarat pisau bermata dua. Dua buah sisi yang positif dan negatif. Disisi satu mampu memberikan manfaat dan kenyamanan, disisi lainnya memberikan efek negatif, seperti  penipuan online, kampanye hitam, situs kelompok pembenci, dan ruang obrolan teroris, dsb.
ERA DIGITAL : Ciptakan Kelas Lebih Luas, kreatif, Dinamis dan Mandiri
Era digital yang terus berkembang pesat memberikan manfaat banyak bagi kehidupan. Manfaat itu antara lain sarana pembelajaran yang lebih mudah, serta akses informasi perkuliahan juga lebih cepat. Mahasiswa tidak harus bergantung sepenuhnya pada dosen sebagai pemberi materi. Mahasiswa bisa secara aktif pula mencari sumber informasi atau materi kuliah melalui teknologi digital. Mahasiswa menjadi lebih banyak menyerap informasi dan berbagai pengetahuan. Sehingga wawasan dan pemahaman terhadap bidang ilmu yang ditekuni bisa semakin baik. Dengan Kecanggihan teknologi digital mendorong mahasiswa jadi lebih kreatif mendapatkan informasi dan kreatif mengembangkan informasi.
Teknologi digital juga mempermudah proses pembelajaran. Penggunaan teknologi jarak jauh audio video menawarkan beragam kesempatan dan kemudahan bagi dosen maupun mahasiswa untuk menembus batas bagi penggunaan kelas yang lebih luas dan mandiri. Teknologi ini dimanfaatkan pula untuk mengadakan pelatihan secara online. Beberapa perguruan tinggi giat mengembangkan pembelajaran e-learning, artinya peluang belajar bisa lebih mudah lagi. Kemudahan teknologi berimplikasi mendorong kualitas SDM. Dalam kondisi inilah mahasiswa harus jeli dan pandai mengelola informasi tersebut. Sehingga pesatnya teknologi informasi menjadi selaras dengan harapan bersama.
Pemanfaatan teknologi informasi, model perkuliahan dibuat lebih dinamis. Tak lagi sekadar dosen mengajar, sementara mahasiswa mendengarkan. Sumber informasi bisa diperoleh dengan mudah lewat teknologi. Karena itu, kuliah satu arah sudah tak popular lagi. Model kuliah satu arah mulai ditinggalkan, karena model pembelajaran semacam itu tak mendorong mahasiswanya untuk berlaku aktif. Beberapa kampus di Indonesia sudah mulai menerapkan model kuliah yang aktif dan dinamis. Materi perkuliahan sudah diberikan via email, dosen dalam kelas hanya bersikap sebagai mentor. Walaupun, model perkuliahan multi media bebrasis ICT belum diterapkan sepenuhnya di kampus di Indoensia. Karena ada peraturan dan kurikulum nasional yang harus ditaati.
Selain pembelajaran jarak jauh, ada diskusi antar grup yang memungkinkan dosen dan mahasiswa saling berkomunikasi secara bertatap muka langsung sehingga ikatan emosional antar mereka tetap terjalin. Selain itu, dosen juga bisa memberikan pemahaman materi yang lebih dalam dan komprehensif jika ada mahasiswa yang belum paham benar dengan penyampaian materi secara online.
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di era digital sekarang ini, kampus di Indonesia diharapkan dapat menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi asing dalam pengembangan sumber daya manusia. Seperti pertukaran dosen, mahasiswa hingga pemberian ijazah dual degree, di barenggi pula pelatihan dan seminar perihal pembelajaran berbasis ICT. Hal  Ini merupakan bagian dari peningkatan kualitas pembelajaran di perguruan tinggi di Tanah Air. .
ERA DIGITAL : Dosen Menjadi Produsen Pengetahuan
Menyimak pendapat ahli Borrie Morries yang mengatakan ada 4 pola pembelajaran. Pertama, pola pembelajaran tradisional. Pengajar (guru/dosen) masih menjadi aktor utama, tokoh yang dianggap paling penting dalam pembelajaran. Pembelajaran masih berpusat kepada pengajar (Teacher Centered Learning). Dalam mengajar pengajar tidak dibantu apapun. Pola pembelajaran tradisional II. Pengajar dan alat bantu. Pada pembelajaran ini, pengajar sudah memakai alat bantu, namun tetap pengajar masih aktor utama dalam mengajar.
Pola pengajar dan Media. Pembelajaran ini, pengajar sudah menggunakan media untuk mengajar. Sumber ilmu yang diberikan tidak hanya dari dirinya tapi bisa diambil dari sumber-sumber lain. Seperti dari televisi, media massa, internet dan lainnya. Di sini pengajar tidak lagi menjadi aktor utama. Tetapi, pembelajaran sudah bergeser paradigmanya dari TCL. Menjadi Student Centered Learning (SCL). Peserta didik juga aktif untuk mencari sumber ilmu dari lainnya.
Di era Digilat kekinian, pengajar (guru dan dosen) bisa memanfaatkan segala sumber ilmu untuk belajar. Belajar juga bisa dilakukan tanpa harus tatap muka. Pola Pembelajaran Bermedia adalah pola yang cocok dan relevan di zaman ini. Untuk mengaplikasikan pola pembelajaran Bermedia pengajar (guru dan dosen) harus mampu menjadi produsen ilmu pengetahuan. Jika tidak, maka pengajar tidak akan mampu menterjemahkan pola pembelajaran bermedia.
Perlu diketahui, dalam proses pembelajaran, ada fungsi penyesuaian atau adaptif. Pembelajaran peserta didik harus disiapkan untuk bisa menyesuaikan dengan perkembangana zaman. Dii era digital ini, peserta didik sudah memiliki gawai atau gadget tentunya mereka sering menggunakan alat tersebut. Jika pengajar tidak mampu mengikuti perkembangan teknologi tersebut maka tentunya pembelajaran yang disampaikan kurang diminati. Tetapi, jika pengajar mampu menjadi produsen ilmu pengetahuan dan peserta didik bisa memanfaatkan melalui gadget maka tentunya pembelajaran tersebut lebih menarik.
Marilah kita sebagai pendidik untuk selalu update ilmu pengetahuan dan keterampilan (multi skill). Saatnyalah kita menjadi produsen di era digital sehingga generasi muda kita merasa bahwa pengajar kita selalu mau belajar.
Bagi mahasiswa juga harus mampu beradaptasi dengan teknologi. Jika selama ini belum menjadi produsen ilmu pengetahuan. Saatnya paradigma pemikiran diubah, Manfaatkan kecanggihan teknologi untuk mencari ilmu dan rezeki.
Penulis: Yusrin Ahmad Tosepu – www.yusrintosepu.wixsite.com

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *