HARIANSUSEL.COM, Makassar – Gelandang muda Inter Milan, Kristjan Asllani, mengungkapkan bahwa kegagalan timnya dalam perburuan Scudetto dan Coppa Italia musim ini menjadi motivasi kuat untuk meraih hasil terbaik di final Liga Champions. Dalam sebuah wawancara eksklusif, Asllani menilai bahwa kekecewaan justru memperkuat tekad kolektif tim.
Musim 2024/25 berjalan dramatis bagi Nerazzurri. Inter harus puas finis sebagai runner-up Serie A, hanya terpaut satu angka dari juara Napoli. Di ajang Coppa Italia, langkah mereka terhenti di semifinal usai kalah dari rival sekota, AC Milan. Dua kegagalan tersebut menjadi bahan evaluasi sekaligus sumber semangat baru bagi skuad asuhan Simone Inzaghi.
“Aspek emosional sangat berperan musim ini,” kata Asllani. “Kami kehilangan gelar liga dengan margin tipis dan tersingkir secara menyakitkan di Coppa. Tapi justru dari situ, kami temukan api semangat baru. Sekarang kami semua punya satu tujuan: membawa pulang Liga Champions.”
Perjalanan Inter di pentas Eropa musim ini cukup mencolok. Mereka mampu menaklukkan Real Madrid di perempat final dan Bayern Munich di semifinal, dua tim yang memiliki sejarah panjang di Liga Champions. Rekor 10 kemenangan dari 12 laga menunjukkan konsistensi dan kedalaman skuad yang dimiliki Inter.
Menurut Asllani, kepercayaan diri dan kekompakan tim terus meningkat dari satu pertandingan ke pertandingan berikutnya. “Kami bermain sebagai satu unit, tidak tergantung pada satu pemain. Semua bekerja keras. Kemenangan atas Madrid dan Bayern bukan kebetulan. Kami pantas berada di final,” ujarnya.
Menjelang final menghadapi Paris Saint-Germain di Allianz Arena, Muenchen, Inter berada dalam kondisi siap tempur. Latihan intensif, rotasi pemain yang efektif, dan tidak adanya cedera signifikan membuat atmosfer di kamp latihan sangat positif. “Semua pemain punya satu mentalitas: mati-matian untuk laga ini,” tambah Asllani.
Pelatih Simone Inzaghi juga memainkan peran sentral dalam menjaga fokus dan mentalitas skuad. Ia kerap mengingatkan para pemain bahwa sejarah besar klub harus selalu menjadi pengingat bahwa mereka punya tanggung jawab moral untuk kembali mengangkat trofi bergengsi. Inter terakhir kali menjuarai Liga Champions pada 2010 di bawah Jose Mourinho.
Final ini bukan hanya tentang trofi, tapi juga soal menghapus keraguan. “Kami ingin tunjukkan bahwa Inter adalah kekuatan sejati di Eropa. Ini bukan akhir perjalanan, tapi awal dari era baru,” tutup Asllani dengan penuh keyakinan. (and/hs)