PP Bamusi: Doa Tifatul Mengandung Pelecehan Fisik Presiden

HARIANSULSEL.COM – Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia mengapresiasi secara positif Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Tahun 2017, tgl 16 Agustus 2017 yang berlangsung secara khidmat dipimpin oleh Ketua MPR RI Zulkifli Hasan, dengan acara tunggal Pidato Kenegaraan Presiden RI, Joko Widodo. Namun, sangat disayangkan sidang tersebut ditutup dengan doa kontroversial, yang dinilai mengandung pelecehan terhadap Presiden RI, Joko Widodo. Sehubungan dengan itu, kami dari Baitul Muslimin Indonesia dengan ini menyampaikan rasa keprihatinan melalui press release yang diterima redaksi hariansulsel.com, berikut teks lengkapnya:
Press Release Tentang Doa Kontroversial Pada Sidang MPR RI
Bismillahi Rahmani Rahim
Jakarta – Mengapresiasi secara positif Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Tahun 2017, tgl 16 Agustus 2017 yang berlangsung secara khidmat dipimpin oleh Ketua MPR RI Dr. Zulkifli Hasan, dengan acara tunggal Pidato Kenegaraan Presiden RI, Joko Widodo. Namun, sangat disayangkan sidang tersebut ditutup dengan doa kontoroversial, yang dinilai mengandung pelecehan terhadap Presiden RI, Joko Widodo. Sehubungan dengan itu, kami dari Baitul Muslimin Indonesia dengan ini menyampaikan rasa keprihatinan sebagai berikut:
1. Bahwa doa seyogyanya berisikan pujian dan penyucian keagungan Allah SWT, serta harapan kesejahteraan dan pengampunan dari rahmat-Nya, maka seharusnya doa bersih dari rasa dengki dan perilaku tidak menyenangkan terhadap pihak tertentu, apalagi jika ditujukan kepada seorang Presiden yang menjadi lambang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Di samping itu, lazimnya doa berisikan shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, serta sahabat Nabi, dan para hamba Allah yang shaleh, maka sangat tidak patut jika doa disi dengan ujaran yang sinis, bernada tida senang terhadap sesama hamba Allah yang baik, apalagi terhadap seorang Presiden yang seharusnya dihormati oleh segenap warga Negara Indonesia.
3. Sebagai Warga Negara yang beriman, kita patut bersyukur kepada Allah SWT atas kemerdekaan bangsa 72 tahun yang lalu, disertai rasa kewajiban mepertahankan kemerdekaan, merajut persatuan, memperkokoh kebersamaan dan kegotong-royongan dalam membangun negeri tercinta Indonesia Raya, tanpa melihat perbedaan etnis, budaya, agama dan golongan.
4. Berdasarkan tiga hal tersebut, maka kami Baitul Muslimin Indonesia dari pusat sampai ke daerah di seluruh pelosok tanah air, sangat kecewa dan sangat prihatin atas doa yang disampaikan oleh saudara Ir. Tifatul Sembiring pada Sidang Tahunan MPR RI tgl 16 Agustus 2017, yang berisikan nuansa ketidak senangan terhadap pribadi / fisik Bapak Presiden Joko Widodo, yang kurus, suatu hal yang tidak pantas diucapkan oleh seorang pembaca doa, yang diharapkan berhati bersih dan khusyuk dalam doanya.
5. Sebagai seorang kader, bahkan mantan Presiden dari salah satu Partai yang barasas Islam, seharusnya saudara Ir. Tifatul Sembiring menerapkan nilai-nilai Islam tentang perlunya saling menghargai sesama manusia, khususnya sesama Muslim, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah, bahwa: “Muslim itu ialah orang yang membawa selamatnya orang Muslim lain dari gangguan lidah dan tangannya”.Tambahan lagi, nilai Islam yang melarang kita untuk menilai seseorang dari penampilan fisik dan pakaiannya.
6. Kami berharap, kiranya ke depan, Pimpinan MPR RI, DPR RI dan DPD RI, membuat aturan baku tentang materi doa kenegaraan yang akan dibaca di depan sidang-sidang MPR RI, DPR RI dan DPD RI, yang tidak boleh lepas dari spirit kebangsaan, rasa kebersamaan, persatuan dan kesatuan, serta penghormatan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan secara luhur oleh semua agama, dengan harapan dapat diijabah dan diridhai Allah SWT, menuju masyarakat adil, makmur dan sejahtera, Baldatun Thayyibah Wa Rabbun Ghafur.
7. Akhirnya, semoga tidak akan ada lagi doa yang bertendensi politik, berisikan hasad dan dengki terhadap pihak mana pun, khususnya doa yang melecehkan martabat pribadi Presiden,Kepala Negara kita. Untuk itu seharusnya doa pada umumnya, khususnya doa kenegaraan disusun (ditulis) sesuai dengan prinsip utamanya sebagai ibadah kepada Tuhan Yang Mah Kuasa, Allah SWT (Al-Du’a` Mukh al-‘Ibadah).
Demikian pernyataan keprihatinan ini disampaikan sebagai kecintaan pada Bangsa dan Negara, dan tekad perlunya membangun kebersamaan, serta penghargaan terhadap Pimpinan Lembaga Negara, khususnya Bapak Presiden sebagai Kepala Negara Rapublik Indonesia. Semoga Allah SWT memberkati kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.
Ditandatangani Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia, Prof. Dr. H. Hamka Haq, M.A selaku Ketua Umum dan H. Nasyirul Falah Amru, S.E selaku Sekretaris Umum. (And)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *