HARIANSULSEL.COM, Makassar – Pada Muktamar ke-32 NU di Makassar pada tahun 2010, sebuah rekomendasi penting dikeluarkan untuk merancang kaderisasi yang lebih terstruktur dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Rekomendasi ini menjadi titik awal dari perjalanan panjang pengkaderan yang kemudian dikenal dengan sebutan PKPNU (Pendidikan Kader Penggerak Nahdlatul Ulama). Inisiatif ini muncul di tengah kebutuhan akan revitalisasi kaderisasi yang lebih sistematis dan terarah untuk menghidupkan kembali semangat gerakan NU di berbagai daerah, termasuk Sulawesi Selatan.
Rais Aam PBNU Almagfurlah KH AM Sahal Mahfudh menunjuk KH As’ad Said Ali sebagai Koordinator Pengkaderan PBNU, didampingi oleh KH Abdul Mun’im DZ sebagai Sekretaris. Dibentuklah tim pengkaderan yang dikomandoi oleh KH Abdul Mun’im DZ bersama KH Adnan Anwar dan Almagfurlah KH Enjeng Shobirin Nadj. Selama hampir dua tahun, tim ini melakukan penggodokan materi dengan mendalami dokumen, naskah, arsip sejarah, dan strategi gerakan NU. Mereka juga melakukan ziarah ke makam para ulama dan muassis (pendiri) NU untuk memperoleh restu dan berkah.
Hasil dari proses panjang ini adalah terciptanya model pengkaderan PKPNU, yang direstui oleh KH AM Sahal Mahfudh PKPNU pertama kali dilaksanakan pada tahun 2012 di Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat, yang dipimpin langsung oleh PBNU. Para peserta, termasuk dari Sulawesi Selatan, mengikuti pendidikan yang berlangsung selama 11 hari, digembleng dengan kegiatan olah pikir, olah raga, dan olah rasa. Rutinitas ini termasuk kegiatan fisik di pagi hari, diskusi hingga larut malam, dan kegiatan spiritual yang dimulai dari dini hari hingga subuh. Pelatihan ini didampingi oleh tim instruktur nasional seperti Almagfurlah KHR Agus Sunyoto, KH Abdul Mun’im DZ, KH Adnan Anwar, dan Almagfurlah KH Enceng Shobirin Nadj.
Dalam kurun waktu dua tahun, dari 2012 hingga 2014, PKPNU berhasil menunjukkan hasil yang signifikan. Kader-kader penggerak NU di berbagai daerah mulai menghidupkan kembali semangat organisasi yang sebelumnya berada dalam kondisi la yamutu wa la yahya, atau tidak bermutu dan menghabiskan biaya. Gerakan ini menunjukkan kebangkitan NU yang tidak hanya berfokus pada ritus keagamaan, tetapi juga dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Kebangkitan Gerakan NU di Sulawesi Selatan: Perubahan yang Terasa
Gerakan PKPNU membawa angin segar di Sulawesi Selatan, yang sebelumnya menghadapi tantangan besar dalam menggerakkan organisasi. Sebelum PKPNU, pergerakan NU di Sulsel kerap dihadapkan pada masalah lemahnya struktur organisasi dan minimnya program yang berdampak nyata. NU terlihat sebagai organisasi yang bergerak perlahan dan tidak memiliki daya tarik bagi generasi muda. Namun, setelah PKPNU diperkenalkan, terjadi perubahan signifikan yang membangkitkan kembali semangat kaderisasi dan peran aktif NU di masyarakat.
Salah satu tonggak penting dalam kebangkitan ini adalah pelaksanaan PKPNU pertama di Sulawesi Selatan pada bulan Maret 2013, yang diadakan oleh PCNU Makassar di Asrama Haji Sudiang. Kegiatan ini disambut dengan antusiasme yang tinggi dan menjadi pemicu gerakan PKPNU di berbagai kota dan kabupaten di Sulsel. Peran kader-kader penggerak seperti Zaenuddin Endy, Kamaruddin Natsir, dan Asep Saifullah, yang telah mengikuti Pendidikan Instruktur Wilayah (PIW) di Pesantren Mambaul Ulum Jombang, menjadi sangat vital. Mereka membawa pengalaman dan semangat baru untuk melanjutkan pengkaderan di Sulsel, didukung oleh instruktur nasional seperti KH Abdul Mun’im DZ dan Kyai Teguh Rachmanto.
Dampak PKPNU: Dari Stagnasi ke Aktivitas yang Masif
Salah satu dampak terbesar dari gerakan PKPNU di Sulawesi Selatan adalah peningkatan partisipasi dan semangat pengabdian kader-kader NU. Kaderisasi yang berkelanjutan memastikan bahwa NU tidak hanya diisi oleh generasi lama, tetapi juga melibatkan generasi muda yang memiliki semangat dan ide-ide baru. PKPNU berhasil melatih lebih dari 3.130 kader dalam 39 angkatan, mencakup hampir seluruh kabupaten dan kota di Sulsel. Kehadiran kader-kader ini membawa perubahan nyata dalam gerakan keagamaan, sosial, pendidikan, dan ekonomi di daerah mereka masing-masing.
Perubahan paling mencolok terlihat dalam berbagai kegiatan keagamaan dan sosial. NU di Sulsel mulai mengaktifkan kembali majelis taklim, pengajian rutin, dan kegiatan keagamaan lainnya yang sebelumnya jarang dilaksanakan. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya menjadi sarana dakwah, tetapi juga sebagai ajang silaturahmi dan penguatan komunitas. Selain itu, PKPNU mendorong lahirnya inisiatif-inisiatif sosial seperti program bantuan bagi masyarakat kurang mampu, kegiatan kesehatan, dan kerja sama dengan pemerintah dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat.
Gerakan NU Saat Ini: Semangat Berkelanjutan di Sulsel
Saat ini, gerakan NU di Sulsel menunjukkan perkembangan yang semakin signifikan. PKPNU telah menjadi motor penggerak yang memastikan bahwa semangat dan pengabdian NU terus berlanjut. Kader-kader yang telah dilatih terus mengembangkan berbagai program kreatif, termasuk dalam bidang pendidikan. NU di Sulsel memperkuat peran pesantren sebagai pusat pendidikan dan pengembangan karakter generasi muda. Pesantren-pesantren NU di Sulsel kini tidak hanya mengajarkan ilmu agama, tetapi juga mengintegrasikan pendidikan umum dan keterampilan hidup, menjadikannya relevan dengan kebutuhan zaman.
Di bidang ekonomi, NU di Sulsel mulai berperan aktif dalam pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta koperasi. Program-program ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi warga dan mengurangi ketergantungan pada pihak luar. Gerakan ekonomi kerakyatan yang diprakarsai oleh kader-kader PKPNU telah membantu banyak keluarga untuk mandiri secara ekonomi.
Selain itu, kaderisasi berkelanjutan memastikan bahwa semangat pembaharuan terus mengalir. Para kader PKPNU yang kini menjadi pengurus NU di berbagai tingkat memegang peran strategis dalam merancang program-program yang berdampak langsung pada masyarakat. Dukungan penuh dari instruktur nasional dan pengalaman yang mereka bawa juga memberikan dorongan tambahan bagi pengembangan program pengkaderan yang lebih inovatif.
Dari Tantangan Menuju Kebangkitan yang Berarti
Transformasi NU di Sulsel dari fase la yamutu wa la yahya menuju kebangkitan yang nyata adalah bukti bahwa semangat perubahan dan pengabdian dapat membawa hasil yang besar. PKPNU telah menjadi katalisator yang menggerakkan roda organisasi, menghidupkan kembali semangat, dan memperkuat jaringan kader yang berdedikasi. Dengan bekal ini, NU di Sulsel siap menghadapi tantangan masa depan dan terus berperan sebagai pilar penting dalam kehidupan sosial, keagamaan, pendidikan, dan ekonomi masyarakat.
Semangat ini diharapkan dapat terus dijaga dan dikembangkan, sehingga NU di Sulawesi Selatan tidak hanya dikenal sebagai organisasi tua dengan sejarah panjang, tetapi sebagai organisasi yang hidup, dinamis, dan relevan dalam menghadapi setiap perubahan zaman. Dengan kebangkitan yang telah dimulai, NU di Sulsel siap melangkah ke masa depan dengan penuh optimisme dan semangat pengabdian yang tinggi.
Penulis: Zaenuddin Endy – Aktivis Penggerak NU Sulsel