HARIANSULSEL.COM, Gowa – Ketua Bagian Internasional Hamidiye Foundation Turki, Mehmet Temel, bersama rombongannya mengunjungi Said Nursi Corner di Gedung Perpustakaan Kampus II UIN Alauddin Makassar pada Rabu, 22 Januari 2025.
Kunjungan ini menjadi momentum penting dalam mempererat hubungan akademik dan spiritual antara Turki dan Indonesia.
Dalam sambutannya, Mehmet Temel menyampaikan kekagumannya terhadap kebersihan dan keteraturan kampus UIN Alauddin Makassar. “Kami sangat senang dengan kunjungan ini. Dari beberapa kampus yang telah kami kunjungi di Sumatra dan Kalimantan, UIN Alauddin Makassar adalah yang paling bersih. Hal ini menunjukkan kesucian dan kerendahan hati kalian,” ujarnya.
Mehmet juga menyoroti pentingnya keberadaan Said Nursi Corner di kampus ini, salah satu dari 15 kampus di Indonesia yang memberikan apresiasi terhadap karya-karya besar Said Nursi, seorang ulama terkemuka dari Turki.
Ia menjelaskan bahwa karya Said Nursi, terutama Risalah Nur, memiliki relevansi besar dalam menghadapi tantangan modern seperti ateisme, sekularisme, dan liberalisme. “Risalah Nur tidak hanya menyampaikan ajaran Islam, tetapi juga menjadi benteng keimanan, khususnya bagi generasi muda,” ungkapnya.
Mehmet juga menyoroti isu-isu kontemporer seperti LGBT yang dianggapnya merusak nilai-nilai keimanan. “Siapa pun yang membaca karya Said Nursi akan terlindungi imannya dan terhindar dari fitnah zaman ini,” tambahnya.
Menurut Mehmet, Risalah Nur memiliki karakteristik unik yang mampu menyentuh hati, akal, dan seluruh pancaindra. Karya ini mengajarkan cara memahami Al-Qur’an secara mendalam dan memberikan motivasi bagi para pendidik untuk membimbing murid-murid agar tidak terjebak dalam ateisme.
Ia menekankan pentingnya meningkatkan keimanan dari tingkat taqlid (sekadar mengikuti) ke tingkat tahqiq (keyakinan mendalam). “Meskipun ada banyak tantangan, tujuan hidup kita adalah menjaga iman agar tetap kokoh,” tegas Mehmet.
Mehmet juga menyoroti fenomena di mana banyak penghafal Al-Qur’an dan mahasiswa di lembaga pendidikan tinggi yang melaksanakan shalat hanya untuk sekadar menggugurkan kewajiban. “Ini adalah wabah spiritual yang harus segera kita atasi. Salah satu solusinya adalah dengan memperkuat iman melalui Risalah Nur,” tutupnya. (and/rls)