HARIANSULSEL.COM, Makassar – Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia, telah memasuki babak penting dalam sejarahnya, dan menjelang tahun 2025, penting untuk mempertimbangkan peran dan kontribusi NU terhadap kehidupan beragama dan berbangsa, mengingat tantangan-tantangan globalisasi, transformasi digital, dan lanskap sosiopolitik yang terus berubah.
Sebagai pembela tradisi Islam moderat (wasathiyah) yang selalu menjunjung tinggi sikap damai dan toleransi, NU harus terus membentengi dedikasinya dalam menegakkan khittah dengan prinsip Aswaja (Ahlussunnah wal Jamaah) sebagai landasan untuk mengatasi permasalahan modern.
Diharapkan NU dapat berpartisipasi lebih aktif dalam menjaga kerukunan umat beragama di tengah maraknya kisah intoleransi dan ekstremisme di berbagai belahan dunia. Advokasi NU terhadap moderasi beragama berfungsi sebagai perlindungan penting terhadap fragmentasi sosial, yang dapat membahayakan keberagaman di Indonesia.
Selain itu, praktik keagamaan dan pola kognitif masyarakat juga dipengaruhi oleh kesulitan era digital. Misinformasi yang dapat menimbulkan perpecahan seringkali disebabkan oleh cepatnya penyebaran informasi di media sosial. Oleh karena itu, NU harus mengambil inisiatif memanfaatkan teknologi untuk menyebarkan dakwah Islam yang inklusif dan tanpa kekerasan. Peningkatan literasi digital para pendakwah dan kader muda NU perlu ditingkatkan agar mampu menyesuaikan diri dan menyampaikan dakwah di ranah digital.
NU harus berperan lebih besar dalam dialog antaragama dan antarbudaya secara nasional dan internasional. Selain memperkuat posisi NU sebagai pemain penting dalam diplomasi perdamaian, upaya ini menyoroti bagaimana Islam Indonesia, Islam Rahmatan Lil Alamin, mempunyai potensi untuk menginspirasi dunia. NU dapat terus menekankan nilai moderasi dalam menangani berbagai krisis internasional dengan memperkuat jaringannya dan bekerja sama dengan organisasi internasional lainnya.
Pada tahun 2025, NU diharapkan lebih serius dalam mendorong kemandirian ekonomi masyarakat, dan peningkatan daya saing warga NU dalam bentuk koperasi , digitalisasi ekonomi, dan program pengembangan UMKM yang berakar pada pesantren. Untuk menciptakan ekosistem ekonomi yang dilandasi gagasan keadilan sosial dan kesejahteraan bersama, NU harus mampu berperan sebagai katalis dan fasilitator. Kesejahteraan warga NU ditingkatkan melalui pemberdayaan ekonomi, yang juga meningkatkan ketahanan perekonomian negara secara keseluruhan.
Jaringan koperasi pesantren dapat diperluas, dan dapat dibentuk kerjasama dengan lembaga keuangan syariah dan sektor komersial. NU juga harus membantu usaha UMKM dengan memberikan pelatihan dan dukungan, khususnya dalam hal penggunaan teknologi digital untuk distribusi dan pemasaran produk. Dampaknya, perekonomian yang dibangun atas dasar komunitas lokal dan pesantren akan lebih kompetitif baik di pasar domestik maupun internasional.
Tak kalah pentingnya, sebagai upaya mendukung kelestarian lingkungan, NU juga harus mencanangkan inisiatif ekonomi yang dibangun atas dasar ekonomi hijau. Peluang untuk meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat terbuka lebar melalui pemanfaatan teknologi ramah lingkungan di bidang pertanian, perikanan, dan industri kreatif berbasis lokal. Strategi ini sejalan dengan nilai-nilai Islam yang sangat menekankan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup sebagai arahan dari Allah SWT.
Salah satu landasan krusial yang sejak lama diprioritaskan NU adalah pendidikan. Diharapkan NU akan terus menemukan cara-cara baru untuk meningkatkan pembelajaran berbasis teknologi di madrasah, pesantren, dan lembaga NU pada tahun 2025. Salah satu kesulitan yang perlu diatasi adalah melahirkan generasi baru yang melek digital. berdaya saing global, dan menjunjung tinggi prinsip-prinsip Islam. Berinvestasi dalam pengembangan sumber daya manusia terbaik akan mempersiapkan NU menghadapi era industri 5.0, di mana kecanggihan teknologi dan inovasi menentukan kemajuan negara.
Modernisasi sistem pendidikan pesantren dengan tetap mempertahankan statusnya sebagai pusat pengajaran agama adalah salah satu tujuan utamanya. Memasukkan ilmu pengetahuan dan teknologi ke dalam kurikulum pesantren, digitalisasi kurikulum, dan meningkatkan kualitas tenaga pengajar akan memungkinkan santri memperoleh keterampilan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat. Selain itu, NU harus mendorong kerja sama dengan institusi akademis dan pusat penelitian untuk meningkatkan kemampuan penelitian dan inovasi di berbagai bidang.
Selain itu, penguatan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai Aswaja harus terus ditekankan. Dalam konteks ini, NU mempunyai tanggung jawab untuk menanamkan semangat nasionalisme, cinta tanah air, dan kepedulian sosial pada generasi muda. Pendidikan yang berlandaskan prinsip moral dan etika Islam diharapkan mampu melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, namun juga memiliki integritas dan kepedulian terhadap sesama.
Sebagai organisasi yang memiliki basis massa luas, NU memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga persatuan bangsa. Tahun 2024 menyisakan berbagai tantangan sosial, seperti ketimpangan ekonomi, polarisasi politik, dan isu lingkungan. NU harus berada di garis depan dalam membangun solidaritas dan semangat gotong royong. Isu-isu kebangsaan ini memerlukan pendekatan yang arif dan bijaksana, di mana NU berperan sebagai penyejuk dan pemberi solusi. Dalam menghadapi ketidakstabilan politik, NU diharapkan menjadi jembatan yang mampu meredakan tensi dan mempererat hubungan antar berbagai elemen masyarakat.
Selain itu, NU juga diharapkan berperan lebih aktif dalam mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai menjunjung tinggi integritas dan persatuan. Menanamkan rasa nasionalisme dapat dilakukan melalui inisiatif literasi nasional yang melibatkan pesantren dan kader-kader muda NU. Dengan demikian, NU dapat menjadikan dirinya sebagai benteng yang kuat dalam menjaga perdamaian dan stabilitas negara.
Di sisi lain, NU memiliki potensi besar dalam mengadvokasi isu-isu lingkungan dan perubahan iklim. Dengan mendorong gerakan peduli lingkungan berbasis komunitas pesantren dan masjid, NU dapat memainkan peran strategis dalam menjaga kelestarian alam. Kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan sebagai bagian dari tanggung jawab spiritual dan sosial akan membawa dampak positif yang berkelanjutan bagi kehidupan masyarakat luas.
Refleksi ini berfungsi sebagai penilaian dan dorongan untuk mengembangkan tindakan strategis yang lebih progresif, inklusif, dan sensitif terhadap waktu. Dengan semangat “merawat jagat, membangun peradaban”, NU siap menyambut tahun 2025 sebagai tahun penuh harapan dan optimisme baik bagi Indonesia maupun seluruh bangsa. Wallahu A’lam Bissawab
Penulis: Zaenuddin Endy – Koordinator Kader Penggerak NU Sulsel