HARIANSULSEL.COM, Makassar – Nahdlatul Ulama (NU) sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia memiliki peran signifikan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam pengembangan pendidikan berbasis pesantren. Pesantren, sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Nusantara, menjadi salah satu elemen penting dalam membangun karakter bangsa. Sebagai organisasi yang berakar kuat pada tradisi pesantren, NU tidak hanya mempertahankan warisan pendidikan pesantren tetapi juga terus berinovasi untuk menjawab tantangan zaman.
Pesantren telah menjadi pusat pembelajaran Islam sejak abad ke-13 di Indonesia. Dalam konteks historis, pesantren tidak hanya berfungsi sebagai lembaga pendidikan agama, tetapi juga sebagai pusat dakwah, sosial, dan kultural. NU yang didirikan pada tahun 1926 oleh KH. Hasyim Asy’ari berangkat dari tradisi pesantren yang mengusung nilai-nilai Islam moderat dan rahmatan lil ‘alamin. Sebagai wadah para ulama pesantren, NU memegang peran penting dalam mengintegrasikan nilai-nilai Islam tradisional dengan perkembangan masyarakat modern.
NU telah berkontribusi secara signifikan dalam berbagai aspek pengembangan pesantren, baik dari segi kurikulum, manajemen, maupun fungsi sosial.
Penguatan kurikulum menjadi langkah strategis NU dalam menjaga relevansi pesantren di tengah dinamika pendidikan nasional. Kitab kuning tetap menjadi inti dari pengajaran untuk memperdalam pemahaman keislaman, khususnya dalam bidang fiqih, tauhid, tasawuf, dan tafsir. Namun, NU juga mengintegrasikan pelajaran-pelajaran umum seperti matematika, sains, bahasa Inggris, dan teknologi informasi untuk melengkapi kebutuhan generasi santri di era modern. Langkah ini menjadikan lulusan pesantren memiliki kompetensi keagamaan yang kokoh sekaligus wawasan global yang luas.
Selain itu, pesantren NU juga memfokuskan pada pengembangan pendidikan karakter melalui pendekatan holistik. Pendidikan berbasis nilai-nilai Aswaja (Ahlussunnah wal Jamaah) tidak hanya diajarkan secara teoretis tetapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan-kegiatan seperti mujahadah, musyawarah, dan bahtsul masail menjadi ruang pembelajaran praktis yang melibatkan santri dalam mendalami etika sosial dan pengambilan keputusan berbasis syariat Islam.
NU juga menginisiasi pendekatan kontekstual dalam pengajaran kitab kuning untuk memastikan materi yang diajarkan tetap relevan dengan kehidupan modern. Misalnya, kajian fiqih kini sering dikaitkan dengan isu-isu kontemporer seperti ekonomi syariah, digitalisasi, dan lingkungan hidup. Hal ini menciptakan lulusan pesantren yang tidak hanya memahami ajaran klasik tetapi juga mampu memberikan solusi atas permasalahan modern.
Lebih jauh, NU bekerja sama dengan pemerintah untuk mensinergikan kurikulum pesantren dengan standar pendidikan nasional. Pesantren kini tidak hanya mengeluarkan ijazah diniyah (keagamaan) tetapi juga ijazah formal yang diakui secara nasional. Upaya ini menjadi langkah konkret NU dalam memperkuat posisi pesantren sebagai lembaga pendidikan yang setara dengan sekolah formal lainnya.
Di era globalisasi, modernisasi manajemen menjadi keharusan agar pesantren NU mampu bersaing dengan lembaga pendidikan lainnya. Salah satu upaya utama NU adalah mendorong pesantren untuk menerapkan sistem administrasi berbasis teknologi. Penggunaan aplikasi manajemen pendidikan telah diperkenalkan untuk memudahkan pencatatan data santri, jadwal pelajaran, dan evaluasi pembelajaran secara digital.
Kepemimpinan kiai dalam pesantren juga mengalami perkembangan. Jika sebelumnya pengelolaan pesantren cenderung bergantung sepenuhnya pada kiai, kini pesantren-pesantren NU mulai menerapkan pola manajemen partisipatif. Struktur kepemimpinan melibatkan lebih banyak pihak, termasuk dewan guru, pengurus yayasan, dan masyarakat sekitar. Hal ini memastikan keberlanjutan program-program pesantren meski terjadi pergantian kepemimpinan.
Modernisasi juga terlihat dalam pengelolaan keuangan pesantren. NU mendorong pesantren untuk memiliki transparansi keuangan melalui pembukuan yang rapi dan akuntabel. Banyak pesantren di bawah naungan NU kini mulai membuka unit usaha mandiri, seperti koperasi, agribisnis, dan jasa pendidikan. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan kemandirian ekonomi pesantren tetapi juga memberikan pelatihan kewirausahaan bagi para santri.
NU juga memfasilitasi pelatihan bagi para pengelola pesantren agar memiliki keterampilan manajemen yang memadai. Program-program pelatihan ini meliputi manajemen konflik, pengelolaan sumber daya manusia, hingga perencanaan strategis. Dengan manajemen yang lebih modern, pesantren NU mampu menghadirkan layanan pendidikan yang lebih berkualitas dan profesional.
Pesantren NU tidak hanya berperan sebagai lembaga pendidikan tetapi juga sebagai pusat pemberdayaan masyarakat. Banyak pesantren yang memiliki program pelatihan keterampilan bagi masyarakat sekitar, seperti menjahit, bertani, atau beternak. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas ekonomi masyarakat sekaligus mempererat hubungan antara pesantren dan komunitas lokal.
Dalam situasi bencana atau krisis, pesantren NU sering menjadi garda terdepan dalam memberikan bantuan sosial. Pesantren-pesantren NU telah menjadi pusat koordinasi bantuan, seperti mendistribusikan logistik, menyediakan tempat pengungsian, dan memberikan pendampingan spiritual kepada para korban. Peran ini mempertegas bahwa pesantren tidak hanya menjadi tempat belajar agama tetapi juga pelaku aktif dalam kehidupan sosial.
NU juga mendorong pesantren untuk berperan dalam isu-isu lingkungan. Banyak pesantren NU kini mulai mengembangkan program pesantren eco-friendly, seperti pengelolaan sampah berbasis komunitas, penanaman pohon, dan pemanfaatan energi terbarukan. Santri dilibatkan secara langsung dalam kegiatan ini untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan.
Lebih dari itu, pesantren NU sering kali menjadi mediator dalam konflik sosial di masyarakat. Dengan pendekatan yang berbasis nilai-nilai Aswaja, kiai dan santri memainkan peran penting dalam menyelesaikan konflik secara damai. Hal ini menjadikan pesantren sebagai lembaga yang tidak hanya mendidik individu tetapi juga mendamaikan masyarakat.
NU telah mendorong berbagai inovasi di pesantren untuk menjawab kebutuhan zaman. Salah satu inovasi yang paling menonjol adalah pengembangan pesantren vokasi. Pesantren ini menawarkan program pelatihan kejuruan, seperti teknologi informasi, desain grafis, atau agribisnis, sehingga santri memiliki keterampilan yang dapat langsung diterapkan di dunia kerja.
Inovasi lain adalah pengembangan pendidikan berbasis digital. Pesantren-pesantren NU kini mulai menggunakan media digital sebagai sarana pembelajaran, seperti e-learning, aplikasi berbasis Android, dan siaran dakwah melalui media sosial. Langkah ini tidak hanya meningkatkan efektivitas pembelajaran tetapi juga memperluas jangkauan dakwah pesantren hingga ke tingkat global.
NU juga mendorong pesantren untuk berkolaborasi dengan lembaga internasional dalam bidang pendidikan dan penelitian. Beberapa pesantren NU telah menjalin kerja sama dengan universitas di luar negeri untuk mengembangkan program pertukaran pelajar atau pelatihan bagi pengajar. Kolaborasi ini tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan di pesantren tetapi juga memperkuat jejaring internasional NU.
Selain itu, pesantren NU mulai merespons isu-isu global, seperti perubahan iklim, perdamaian dunia, dan hak asasi manusia. Pesantren dilibatkan dalam berbagai forum nasional dan internasional untuk memberikan perspektif Islam rahmatan lil ‘alamin terhadap isu-isu tersebut. Dengan berbagai inovasi ini, pesantren NU membuktikan bahwa tradisi dapat berjalan harmonis dengan modernitas tanpa kehilangan esensinya.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa peran NU dalam mengembangkan pendidikan berbasis pesantren di Indonesia tidak dapat disangkal. Pesantren NU telah menjadi pilar penting dalam mencetak generasi yang tidak hanya unggul dalam ilmu agama tetapi juga mampu bersaing di era global. Dengan memadukan nilai-nilai tradisional dan inovasi modern, pesantren NU menjadi salah satu model pendidikan Islam yang relevan dengan perkembangan zaman. Melalui pesantrennya, NU terus berkontribusi dalam membangun bangsa yang religius, toleran, dan berdaya saing tinggi.
Penulis: Zaenuddin Endy – Koordinator Kader Penggerak NU Sulsel, Pengurus DPP RHMH Aljunaidiyah Biru Bone