Pemikiran Pendidikan Syekh Sayyid Djamaluddin Assegaf Puang Ramma

HARIANSULSEL.COM, Makassar – Syekh Sayyid Djamaluddin Assegaf Puang Ramma adalah salah satu ulama besar di Sulawesi Selatan yang memiliki kontribusi besar dalam dunia pendidikan Islam. Beliau dikenal sebagai seorang Muassis (pendiri) Nahdlatul Ulama (NU) di Sulawesi Selatan dan juga seorang mursyid Tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf. Sebagai seorang pendidik dan ulama sufi, beliau mengajarkan pentingnya pendidikan yang tidak hanya berfokus pada aspek intelektual, tetapi juga pada pembentukan akhlak, spiritualitas, dan ketakwaan kepada Allah.

Dalam pandangan Syekh Sayyid Djamaluddin Assegaf Puang Ramma, pendidikan merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Ia percaya bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang tidak hanya dipahami secara rasional, tetapi juga dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pendidikan yang ideal menurutnya adalah pendidikan yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan dengan ajaran tasawuf dan tarekat.

Sebagai seorang mursyid dalam Tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf, beliau menekankan pentingnya pendidikan sufistik dalam membentuk karakter manusia. Ia mengajarkan bahwa pendidikan bukan sekadar mentransfer ilmu, tetapi juga harus menjadi jalan untuk membersihkan hati dan mendekatkan diri kepada Allah. Dalam pendidikan Islam, ia menekankan pentingnya dzikir, muraqabah (pengawasan diri), dan mujahadah (kesungguhan dalam beribadah) sebagai bagian dari pembentukan pribadi yang paripurna.

Syekh Sayyid Djamaluddin Assegaf Puang Ramma juga memahami bahwa pendidikan tidak boleh lepas dari akar budaya dan tradisi Islam Nusantara. Oleh karena itu, ia sangat mendukung sistem pendidikan pesantren yang telah berkembang di Indonesia, khususnya di Sulawesi Selatan. Baginya, pesantren adalah benteng utama dalam menjaga akidah, syariat, dan nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah.

Dalam sistem pendidikan yang dikembangkannya, beliau menekankan metode pembelajaran yang bersifat holistik. Ia tidak hanya mengajarkan ilmu agama seperti tafsir, hadis, dan fiqih, tetapi juga mendidik santri untuk memiliki akhlak yang luhur serta memahami realitas sosial di sekitarnya. Pendidikan menurutnya harus mampu melahirkan individu yang tidak hanya alim dalam ilmu agama, tetapi juga peduli terhadap umat dan bangsa.

Beliau juga berpendapat bahwa pendidikan harus disampaikan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan. Ia meneladani metode pendidikan para ulama terdahulu yang mengutamakan pendekatan hikmah (kebijaksanaan) dan maw’idzah hasanah (nasihat yang baik). Baginya, seorang guru tidak hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pendidik dan pembimbing ruhani bagi murid-muridnya.

Dalam pemikiran pendidikan Syekh Sayyid Djamaluddin Assegaf Puang Ramma, ilmu agama dan ilmu dunia tidak boleh dipisahkan. Ia menekankan bahwa Islam tidak menolak perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selama tetap berpegang pada nilai-nilai syariat. Oleh karena itu, ia mendorong santrinya untuk tidak hanya mendalami ilmu agama, tetapi juga menguasai keterampilan dan wawasan yang dapat bermanfaat bagi umat.

Sebagai seorang Muassis NU di Sulawesi Selatan, beliau juga berkontribusi dalam pengembangan pendidikan Islam berbasis organisasi. Ia percaya bahwa NU sebagai wadah perjuangan umat Islam harus memiliki peran besar dalam membangun sistem pendidikan yang kuat. Melalui NU, ia mendorong lahirnya pesantren, madrasah, dan lembaga pendidikan Islam lainnya yang berorientasi pada nilai-nilai Ahlussunnah wal Jama’ah.

Selain itu, beliau juga menekankan pentingnya ukhuwah Islamiyah dalam pendidikan. Baginya, ilmu tidak boleh menjadi sumber perpecahan, tetapi harus menjadi sarana untuk memperkuat persaudaraan sesama Muslim. Oleh karena itu, ia selalu mengajarkan pentingnya toleransi, saling menghormati, dan menjaga persatuan di antara umat Islam.

Pendidikan dalam perspektif Syekh Sayyid Djamaluddin Assegaf Puang Ramma juga harus berbasis pada amal saleh. Ia sering mengingatkan bahwa ilmu yang tidak diamalkan hanya akan menjadi beban di akhirat. Oleh karena itu, ia selalu mendorong para santri dan jamaahnya untuk mengamalkan ilmu yang telah mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk ibadah maupun pengabdian sosial.

Dalam metode pembelajaran, beliau juga mengembangkan pendekatan praktis yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Ia memahami bahwa tidak semua orang memiliki kesempatan untuk belajar secara formal dalam waktu yang lama, sehingga ia memberikan bimbingan agama yang fleksibel dan mudah diakses oleh berbagai kalangan, termasuk masyarakat pedesaan dan kaum buruh.

Syekh Sayyid Djamaluddin Assegaf Puang Ramma juga menekankan pentingnya kemandirian dalam pendidikan. Ia mengajarkan bahwa seorang Muslim harus memiliki sikap mandiri dalam mencari ilmu, tidak hanya bergantung pada guru atau lembaga pendidikan formal. Oleh karena itu, ia mendorong santrinya untuk selalu haus akan ilmu dan tidak berhenti belajar sepanjang hayat.

Sebagai seorang mursyid tarekat, beliau juga mengajarkan pentingnya pendidikan berbasis keteladanan. Baginya, seorang pendidik harus menjadi contoh nyata bagi murid-muridnya dalam hal keimanan, ibadah, dan akhlak. Oleh karena itu, ia sangat menjaga perilaku dan ucapan agar dapat menjadi panutan bagi para santrinya.

Dalam konteks dakwah dan pendidikan Islam, beliau juga aktif dalam menyebarkan ajaran Islam ke berbagai daerah. Ia percaya bahwa pendidikan tidak boleh terkungkung dalam ruang kelas atau pesantren, tetapi harus menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Oleh karena itu, ia sering melakukan perjalanan dakwah ke berbagai wilayah untuk memberikan pengajaran agama kepada umat.

Selain itu, ia juga menanamkan nilai-nilai kepemimpinan dalam pendidikan. Ia percaya bahwa pendidikan harus melahirkan generasi yang memiliki jiwa kepemimpinan, baik dalam skala kecil seperti keluarga dan komunitas, maupun dalam skala yang lebih luas seperti organisasi dan pemerintahan.

Pendidikan menurut Syekh Sayyid Djamaluddin Assegaf Puang Ramma juga harus berorientasi pada kesejahteraan umat. Ia mengajarkan bahwa ilmu harus digunakan untuk memperbaiki kondisi masyarakat, mengangkat derajat kaum lemah, dan menciptakan keseimbangan sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, ia selalu menanamkan kepada santrinya bahwa ilmu bukan hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi juga untuk kemaslahatan bersama.

Pada kesimpulannya bahwa
pemikiran pendidikan Syekh Sayyid Djamaluddin Assegaf Puang Ramma menekankan pada integrasi antara ilmu agama dan tasawuf, pendidikan berbasis akhlak dan keteladanan, serta pentingnya kemandirian dan kepedulian sosial dalam dunia pendidikan. Sebagai seorang Muassis NU di Sulawesi Selatan dan mursyid Tarekat Khalwatiyah Syekh Yusuf, beliau berperan dalam membangun sistem pendidikan Islam yang kuat dan berakar pada tradisi Ahlussunnah wal Jama’ah.

Kontribusinya dalam dunia pendidikan terus memberikan inspirasi bagi generasi selanjutnya, terutama dalam membangun pendidikan Islam yang tidak hanya menitikberatkan pada aspek intelektual, tetapi juga pada pembentukan karakter, spiritualitas, dan kepemimpinan. Pemikirannya menunjukkan bahwa pendidikan sejati bukan hanya tentang memperoleh ilmu, tetapi juga tentang bagaimana ilmu tersebut diamalkan demi kemaslahatan umat dan mendekatkan diri kepada Allah. Wallahu A’lam Bissawab

Penulis: Zaenuddin Endy – Koordinator Instruktur Pendidikan Kader Penggerak NU Sulawesi Selatan

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *