HARIANSULSEL.COM, Makassar – Sepekan ini Kanwil BNI Makassar dengan elemen organisasi kepemudaan Nahdlatul Ulama (NU) Sulawesi Selatan bersitegang. Peyebabnya secara detail dituturkan Ketua Matan NU Sulsel, Mahmud Suyuti bahwa hal itu dikarenakan sikap karyawan BNI, Jefri Roberto Leiwakabesi yang arogan tidak menghargai Hari Raya Suci umat Islam, Idhul Adha 1439 lalu. Karyawan BNI yang Kristiani ini sejak Kamis (31/08/2017) berpagi-pagi memerintahkan stafnya untuk mendatangi salah seorang Dewan Penasehat GP Ansor, Dr. H. Ambo Ala, SE., MM.
Sikap arogan dan tidak bersahabat pihak BNI ke Ambo Ala yang tengah sibuk menfasilitasi takbiran dan acara zikir serta persiapan kurban, sangat mengganggu kesyu’an ibadah bagi pemuda Nahdliyin yang berada di lokasi, sekitaran kompleks Mangasa Permai, Sekretariat PW GP Ansor Sulsel.
Tiga hari setelah Idhul Adha (Ahad/03/09) masih hari tasyriq saat Ambo Ala silaturahim dengan Mursyid Jam’iyah Khalwatiyah, Syekh Sayyid Abd Rahim Assegaf Puang Makka, tiba-tiba sejumlah polisi datang di kediaman mustasyar NU Makassar tersebut, jalan Baji Bicara, untuk menangkap Ambo Ala. Jamaah Khalwatiyah sangat menyesalkan kejadian itu tentunya.
Keesokan harinya (Senin/04/09) Kakanwil BNI Makassar, Edy Awaluddin bersama Kasat Intelejen Polrestabes Makassar dan sejumlah perwira kasubdit Itelejen Polda Sulsel bertamu ke rumah Puang Makka. Orang nomor satu di BNI Makassar ini meminta maaf atas kesalahan anak buahnya. Demikian halnya pihak petinggi kepolisian meminta maaf atas kesalahan anggotanya kepada Puang Makka saat itu.
Setelah saling memaafkan, ternyata kasus Ambo Ala masih dipermasalahkan oleh BNI dan bahkan pihak kepolisian menahan Dewan Penasehat GP Ansor, yang menyebabkan pemuda NU mengadakan aksi di berbagai daerah. GP Ansor Maros menggelar unjuk rasa di Kantor BNI Maros, jumat (06/10). GP Ansor Takalar menggelar aksi di BNI Takalar, Senin (09/10). GP Ansor Pangkep beserta pasukan Banser mendatangi BNI Pangkep, Sabtu (10/10).
GP Ansor Sulsel sejak kejadian itu intens mengadakan negoisasi dengan pihak Kanwil BNI Makassar dan merencanakan aksi jika jalur yang tempuh gagal. Waktu terus berjalan, Mahmud Suyuti yang juga sebagai Katib Awwal Jam’iyah Khalwatiyah beberapa kali mendapat telepon dari sejumlah sesepuh NU untuk mempertimbangkan rencana aksi. Di antara mereka yang sekaligus senior PMII, Dr. Nurfadhillah Mappasselleng menyampaikan agar collingdown saja agar tidak memperpanjang masalah.
Belakangan Mahmud Suyuti yang aktivis PMII 1990-an tidak mampu menahan melihat keadaan ini berlarut-larut sehingga memerintahkan kepada kader Matan NU untuk aksi dengan syarat turun ke lapangan secara tertib dan teratur, damai dan menghindari sikap arogan. Puncaknya, Rabu kemarin (12/10) kader dari PMII Metro Makassar dan beberapa elemen yang tergabung hendak demo di halaman Kanwil BNI Makassar, Jalan Jenderal Sudirman, dihadang beberapa orang yang ditengarai preman sebagaimana yang diberitakan beberapa media online.
Penghadangan terhadap pelaku rencana aksi demo dengan cara menghantam, memukul mundur dengan tindak kekerasan sampai membubarkannya merupakan pelanggaran HAM dan bentuk kriminalisasi yang harus diproses secara hukum. Dengan begitu, maka pihak kepolisian harus ikut bertanggung jawab atas kejadian ini. Tegas Mahmud Suyuti dengan geram dan suara menggelegar tinggi.
Ketua Matan Sulsel yang sehari-harinya sebagai dosen tetap di UIM juga menuntut agar pihak BNI tidak lepas tangan atas kasus tersebut. BNI harus bekerja secara professional dan proporsional sesuai standar operasional prosedur (SOP) karena jika tidak sebagai yang telah dilakukannya, praktis menjadi sebuah pelanggaran besar yang tentu harus ada sanksinya. (*)