Iblis: Sebuah Catatan Singkat

HARIANSULSEL.COM, Makassar – Iblis (arab: إبليس, iblīs) adalah makhluk Allah SWT yang sangat sholeh, taat, dan patuh (Baca Yohanes 8:44). Bahkan melebihi Malaikat. Nama pertamanya adalah Azazil yang kemudian menyesal (بَلَسَ) kelak sepanjang masa. Entah ini kebetulan ada hubungannya atau tidak, dalam bahasa Makassar, “ballisi” itu berarti “menjengkelkan”. Entahlah. Barangkali juga, -ini cuma barangkali-, kata “bolos”, “balas” dendam dan akal “bulus” tersebut juga terinspirasi dari kata “Iblis”. Barangkali.
Iblis (Azazil) pernah dinobatkan sebagai “Sayyid al-Malaikah” (penghulu para Malaikat). Namun “malapetaka” itu pun terjadi, yaitu kala Allah menciptakan makhluk baru yang berbahan dasar tanah, lantas Tuhan meminta Iblis untuk menghormati makhluk “made in” tanah tersebut. Iblis enggan (abaa) lagi menyombongkan diri (istakbaro) karena Iblis merasa tidak selevel dengan makhluk yang kemudian bernama Adam tersebut. Iblis beralasan, bagaimana mungkin dirinya yang tercipta dari api harus “sujud” kepada Adam yang tercipta dari tanah? Lalu mengapa Iblis yang dulu dikenal taat kepada Allah, bahkan menjadi penghulu Malaikat kemudian menjadi makhluk pembangkang? Ada apa dengan Iblis? Apa yang membuatnya berupa drastis seperti ini?
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa kala Rasulullah mengisyaratkan tentang cara mudah syetan menghancurkan manusia yang punya dasar hasad (iri), maka sahabat bertanya tentang mengapa hasad digunakan syetan untuk menghancurkan manusia. Rasulullah menjawab bahwa hasad adalah penyakit sang Iblis.
Yah, Ulama menjelaskan bahwa Iblis memiliki 1 penyakit sehingga ia sangat membenci Adam dan keturunannya hingga akhir zaman, yaitu hasad (iri) terhadap Adam. Penyakit (hati) ini diklaim sebagai dosa pertama di jagad raya semesta. Ini disebabkan karena Iblis cemburu melihat Adam mengenal banyak pengetahuan (QS. al-Baqarah 31-33), dapat tugas mulia sebagai khalifah di muka bumi (QS. al-Baqarah 30), bahagia bersama pasangan plus sepuasnya menikmati fasilitas surga (QS. al-Baqarah 35; al-A’raf: 19), tidak selevel (QS. al-A’raf: 11-12, Shad: 75-76; al-Hijr: 27), dan punya perangkat ciptaan yang terbaik dari segala makhluk ciptaan (QS. al-Tin: 4). Terungkaplah sudah, ternyata Iblis tidak senang ada kebahagiaan yang diterima oleh makhluk lain, Adam.
Maka, Iblis bersumpah akan menjerumuskan keturunan Adam sehingga mereka menjadi teman Iblis di neraka kelak. Iblis telah menjadikan hasad sebagai senjatanya untuk menghancurkan manusia.
Yah, karena hasad, Qabil membunuh Habil. Karena hasad, Yusuf dikonspirasi saudara-saudaranya, Yahudi dan Nashrani cemburu karena yang menjadi Nabi penutup buka dari jalur Sarah, melainkan Hajar, banyak tetangga tak saling sapa. Karena hasad, banyak teman yang jadi lawan, banyak saudara menjadi musuh, banyak darah yang bercucuran, banyak fitnah yang terlontar, banyak gosip yang lahir, banyak orang lupa dirinya, dan karena hasad, banyak penyakit yang aneh mewabah.
Dalam Alkitab (Bible) dikemukakan, “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu si Iblis sedang berjalan berkeliling layaknya seperti seekor singa yang mengaum-ngaum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1 Petrus 5:8).
Oleh karena itu, tepat bila Rasulullah sering mengingatkan umatnya untuk senantiasa mengamalkan 2 surah perlindungan (al-mu’awwidzatan), yaitu al-Falaq dan al-Nas. Bila al-Nas digunakan untuk perlindungan makhluk jahat yang tidak nampak, maka al-Falaq itu untuk perlindungan dari makhluk jahat yang nampak. Dalam QS. al-Falaq ayat terakhir disebutkan, “wa min syarri hasidin idza hasad”. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (rabb al-falaq) dari kejahatan orang yang iri (hasid) apabila ia iri (hasada)”. Na’udzubillah min dzalik. Wallahu a’lam (and)
Wallahul muwaffiq ila aqwamith Thariq.
Penulis: Muhammad Nasir, Dosen Universitas Islam Makassar

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *