Apa Salahnya Mengucapkan Selamat Natal?

HARIANSULSEL.COM, Makassar – Hari ini Jumat/25/12 saudara kita umat Kristen merayakan natal, memperingati kelahiran Isa Almasih. Menteri Agama Gus Yaqut Cholil Qoumas yang baru dilantik kemarin mengucapkan selamat Natal 2020, semoga kebahagiaan Natal menyertai umat Kristiani. Kehidupan damai dalam harmoni kemajemukan Indonesia juga tetap terjaga, ujar sang menteri dalam keterangannya, Kamis/24/12.

Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor itu dalam sambutan perdananya sebagai menteri Agama juga menegaskan bahwa agama harus dijadikan inspirasi bukan aspirasi. Agama kita mengajarkan konsep ukhuwah Islamiyah, saudara sesama muslim karena seiman dan ukhuwah wathaniyah, saudara sesama warga negara tanpa mengenal agama yang dianutnya, tanpa mengenal ras dan sukunya selama kita sebangsa setanah air mereka adalah saudara kita.

Berkenaan dengan itu, mengucapkan selamat natal dalam konteks persaudaraan antara sesama manusia tidak menjadi persoalan jika dikaitkan dengan ranah teologis kenegaraan apalagi negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu (UUD padal 29 ayat 2).

Salah satu ibadat umat Kristen bahkan dijadikan sebagai hari raya adalah ritual natal untuk memperingati hari kelahiran Isa Almasih. Sama halnya umat Islam dalam ritual maulid untuk memperingati hari kelahiran Nabi SAW.

Ritual maulid mengkisahkan akhlak Nabi SAW kepada umatnya, termasuk akhlak keteladanan agar berbuat baik kepada sesama muslim dan kepada non-muslim yang tidak memerangi mereka. Karena itu, mengucapkan selamat hari raya atau selamat natal kepada non-muslim dinilai sebagai salah satu bentuk perbuatan baik.

Momen ritual maulid lebih terasa syahdu lagi saat dibacakan syair Kitab Barazanji yang berisi pujian-pujian terhadap Nabi SAW dan ungkapan keselamatan atas hari lahirnya, Assalamu Alaika ya Rasulallah, Asalamu Alaika ya Nabiyallah (selamat atasmu wahai Rasul Allah, selamat untukmu wahai Nabi Allah).

Ungkapan keselamatan seperti itu juga diabadikan al-Quran untuk Nabi Isa Almasih AS dengan ucapan, Wassalamu Alayya yauma wulidtu (keselamatan atasku untuk hari kelahiranku) sebagai yang disebutkan dalam QS. Maryam/19: 33.

Umat Islam yang mengucapkan salam keselamatan di hari maulid Nabi SAW dan umat Kristen dengan ucapan selamat Natal memperingati hari kelahiran Isa Almasih, tentulah tidak terlarang sebagaimana Nabi SAW merayakan hari keselamatan Musa AS dengan berpuasa Asyura, bahkan dalam sebuah hadis Nabi SAW bersabda, Kita lebih wajar merayakannya daripada orang yahudi pengikut Nabi Musa AS (HR. Muslim dan Abu Daud).

Riwayat di atas dan berbagai dalil berkenaan dengan itu yang ditemukan dalam berbagai kitab yang antara lain sebagai sekian titik temu antara Muhammad SAW dan Almasih. Inilah yang dimaksud kalimatun sawa (kata sepakat) yang disebutkan dalam QS. Ali Imran/3: 64.

Kalau begitu apa salahnya mengucapkan kalimat, selamat natal, selama akidah masih dapat dipelihara dan selama ucapan itu sejalan dengan apa yang dimaksud al-Quran?

Kecuali bila seorang muslim menghadiri ritual natalan dengan niat yang menyimpang akidah boleh dipertanyakan, tetapi jika sekedar dibibir terucap selamat natal, boleh saja dimaklumi. Wallahul Muwaffiq Ila Aqwamit Thariq.

Penulis: KM. Mahmud Suyuti (Ketua Matan Sulsel-Dosen Universitas Islam Makassar)

Mungkin Anda Menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *