HARIANSULSEL.COM, Makassar – Sekitar tahun akhir 2011 saya pertama kali diterima sebagai pegawai di Yayasan Perguruan Tinggi Al Gazali Makassar Universitas Islam Makassar, sebelum diterima bekerja di kampus yang didirikan oleh tokoh NU Sulawesi Selatan ini, saya dipanggil Ust Said panggilan sehari-sehari Dr Muhammad Said pada waktu itu menjabat sebagai Kepala Biro UIM dan Bendahara Yayasan.
Saya ingat waktu itu, saya menghadap diwaktu malam di rumahnya Ust Said Jl Langgau. Singkat cerita beliau berpesan kepada saya dalam bahasa Bugis kurang lebih seperti ini, Saya siapkan andy bantu-bantu Prof Iskandar dan saya di Yayasan, cuma saya mau titipkan pesan, Prof Iskandar itu suka anak yang jujur dan rajin. Waktu mendengarkan pesan tersebut saya langsung mengiyakan seraya meminta bimbingan dan petunjuk ketika sudah resmi bekerja.
Singkat cerita dalam perjalanan saya bekerja di UIM, awalnya ditempatkan di bagian Akademik kurang lebih bekerja pada unit tersebut 3-4 bulan, selanjutnya saya ditarik di bagian umum dan menjadi staf Kepala Biro dan membantu beliau di Yayasan.
Selanjutnya pada tahun 2013, tepatnya 31 Maret, Prof Iskandar Idy terpilih sebagai Ketua Tanfidziah PWNU Sulsel yang dipusatkan di Pesantren Padanglampe UMI Pangkep. Disebabkan banyak berinteraksi dengan beliau, akhirnya saya diminta untuk membantu beliau di NU sebagai Sekretariat (istilah saat ini semacam Kepala Sekretariat), waktu itu saya tidak menerima surat ataupun SK penunjukkan, kenapa saya terima pekerjaan tersebut, sebagai kader NU tentu ini kesempatan untuk mengabdikan diri kepada NU dan juga atas perintah orang tua saya waktu itu Prof Iskandar dan Ustads Said, saya sami’na waatho’na.
Kurang lebih 3 tahun saya berinteraksi dari rumah ke rumah pengurus NU pada waktu itu, apakah untuk mengantar surat/undangan kegiatan ataupun bolak balik dari rumah ke rumah Prof Iskandar dan Anregurutta M Sanusi Baco sebagai Rais Syuriyah PWNU Sulsel untuk menandatangani administrasi NU.
Mungkin ada yang bertanya dan memang waktu itu banyak yang bertanya kepada saya tentang (materi) apa yang saya dapatkan bekerja di UIM, sekaligus mengabdi di NU, saya jawab “Kita ini sebagai kader NU, mengabdi saja pada orang tua kita, selanjutnya serahkan kepada Yang Maha Kuasa untuk mengatur diri kita”.
Selanjutnya pada September 2015 diamanahi sebagai Wakil Sekretatis Yayasan Perguruan Tinggi Al-Gazali Makassar masa khidmat 2015-2020, pada momen inilah saya banyak berinteraksi bersama beliau, sejak diangkat sebagai pegawai rentang waktu 2013-2019 dalam seminggu pasti bertemu beliau di rumahnya Jl Landak untuk keperluan Yayasan, apakah itu menandatangani administrasi yayasan, bahkan jika dalam keadaan mendesakpun, saya harus berangkat ke Jakarta ke rumah beliau di Jl Cempaka Timur untuk konsultasi terkait keperluan Yayasan.
Pada awal tahun 2019 saya dinyatakan lulus sebagai CPNS Dosen di IAIN Ternate, tentu sangat berat meninggalkan tempat mengabdi saya, banyak kenangan gembira maupun sedih, tetapi inilah perjalanan hidup yang harus saya pilih, pada akhirnya saya menghadap ke rumah beliau, saya ceritakan kabar kelulusan saya, jawaban beliau waktu itu, saya masih ingat jawaban/pesan beliau kepada saya sampai sekarang (walaupun tidak semua saya harus tulis pada tulisan ini) “Alhamdulillah, syukurmi nak lulus andy sebagai CPNS, apalagi dosen, itu untuk perbaikan karirmu ke depan”
Singkat cerita dalam perjalanan mengabdi di IAIN Ternate, sesekali pulang ke Makassar, saya selalu berniat bersilaturrahim ke rumah beliau, sesekali saya memantau kesehatan beliau, akhirnya mengurungkan niat untuk mengunjungi rumah beliau, terlebih pada waktu itu Indonesia dan dunia dilanda Pandemi, tentu saya harus tahu diri, dimana kesehatan beliau lebih utama, akhirnya setiap ke Makassar saya mengurungkan niat untuk silaturrahim ke rumah beliau.
Pada November 2022 saya melanjutkan studi S3 di Makassar, selalu ada niat sowan ke rumah beliau, sebelum ramadhan saya melihat postingan anak beliau di FB, Prof Iskandar bersama keluarga besarnya menunaikan umrah, sayapun memantau kesehatan beliau melalui postingan anak beliau di FB dan saya cukup bersyukur melihat beliau diberikan kesehatan dan kekuatan.
Hari ini, Senin 17 April 2023 tepat pukul 13.10 saya mendapatkan WA dari salah satu pegawai UIM, bahwa beliau berpulang ke rahmatullah, mendapatkan kabar tersebut, saya hanya terdiam dan badan saya kaku serta gemetar, saya langsung bergegas ke rumah beliau. Tepat pukul 13.20 masuk ke rumah beliau, air mata pun tumpah melihat wajah beliau dari sehelai kain putih, saya langsung buka Al-Qur’an di HP saya dan membacakan Surah Yasin, dengan niat semoga beliau dimudahkan dalam perjalanannya, diampuni segala dosanya, diterima semua amal kebaikannya, dan dirahmati oleh Allah melalui surgaNya.
Sejatinya melalui pengalaman menjadi staf beliau sejak masuk di UIM, saya belajar arti kebaikan, kemurahan hati, integritas, ketegasan, kejujuran, dan bagaimana mengelola sebuah lembaga (birokrasi pemerintahan), hingga akhirnya mewarnai saya serta menuntunku hingga hari ini.
Pada akhirnya saya bisa bersilaturrahim ke rumah beliau dengan suasana berduka, beliau berpulang ke rahmatullah
Selamat jalan orang yang saya anggap orang tua, Saya bersaksi beliau orang baik, bahkan kesaksian saya ini saya yakini akan diamini oleh orang yang pernah berinteraksi bersama beliau
Insya Allah surga tempatnya… Lahul Al Fatihah… Aamiin…
Selamat jalan orang tua kami Prof H Iskandar Idy, Ph.D
Penulis: Andy – Senin, 17 April 2023 pukul 11.28 PM