HARIANSULSEL.COM, Makassar – Pendidikan multikultural di pesantren NU merupakan respons terhadap realitas keberagaman yang ada di Indonesia. Sebagai lembaga pendidikan yang berakar pada nilai-nilai Islam rahmatan lil ‘alamin, pesantren NU tidak hanya berfokus pada transfer ilmu agama tetapi juga mengajarkan santri untuk menghargai perbedaan. Implementasi pendidikan multikultural di dalam kurikulum pesantren NU bertujuan untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga toleran, inklusif, dan mampu berkontribusi dalam menciptakan harmoni di tengah masyarakat yang majemuk.
Kitab kuning sebagai pilar utama pembelajaran di pesantren NU menjadi media efektif untuk mengajarkan nilai-nilai multikultural. Dalam kajian kitab fikih, tafsir, maupun tasawuf, santri diajarkan untuk memahami bagaimana Islam menghormati keberagaman budaya dan tradisi. Misalnya, dalam kajian fiqih perbedaan mazhab, para santri diajak untuk menghormati pandangan yang berbeda sebagai bagian dari kekayaan intelektual Islam.
Kajian tafsir Al-Qur’an juga sering disertai dengan penekanan pada ayat-ayat yang menekankan pentingnya toleransi dan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat. Santri diajarkan untuk memahami bahwa Islam mengakui keberadaan berbagai agama dan budaya sebagai bagian dari kehendak Allah. Pemahaman ini membentuk sikap inklusif dan menghargai pluralitas, yang menjadi ciri khas pendidikan multikultural di pesantren NU.
Selain itu, pesantren NU sering kali menggunakan kitab-kitab karya ulama Nusantara seperti Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Kholil Bangkalan, dan Kiai Nawawi yang mengajarkan pentingnya menjaga harmoni di tengah keberagaman. Dengan mempelajari karya-karya ini, santri diajak untuk melihat bahwa multikulturalisme bukanlah hal baru dalam sejarah Islam di Indonesia, tetapi sudah menjadi bagian dari tradisi keislaman yang dijunjung tinggi.
Pendidikan multikultural di pesantren NU juga diimplementasikan melalui berbagai kegiatan sosial yang melibatkan santri dan masyarakat sekitar. Misalnya, kerja bakti, perayaan hari besar agama, dan program pengabdian masyarakat. Dalam kegiatan ini, santri diajarkan untuk bekerja sama tanpa memandang perbedaan suku, agama, atau budaya.
Kegiatan seperti pengabdian masyarakat di daerah terpencil menjadi salah satu program unggulan pesantren NU. Santri tidak hanya berinteraksi dengan masyarakat yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda, tetapi juga belajar menghormati tradisi setempat. Pengalaman ini memperluas wawasan santri tentang pentingnya hidup berdampingan secara damai di tengah keberagaman.
Selain itu, pesantren NU sering mengadakan forum diskusi atau seminar yang mengangkat tema keberagaman dan toleransi. Forum ini tidak hanya melibatkan santri, tetapi juga tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai latar belakang agama dan budaya. Diskusi ini menjadi ajang bagi santri untuk belajar berdialog secara konstruktif dan memahami sudut pandang yang berbeda.
Pesantren NU juga mendorong santri untuk aktif dalam organisasi intra dan ekstra pesantren yang sering kali diisi oleh anggota dari berbagai daerah. Dalam organisasi ini, santri belajar mengelola perbedaan menjadi kekuatan dalam mencapai tujuan bersama. Pendidikan multikultural melalui kegiatan sosial seperti ini menjadi landasan penting dalam membentuk karakter santri yang toleran dan peduli terhadap sesama.
Di era digital, pesantren NU memanfaatkan teknologi untuk memperkuat pendidikan multikultural. Santri diajarkan untuk menggunakan media sosial sebagai sarana untuk menyebarkan pesan-pesan toleransi dan kebersamaan. Konten-konten yang mereka hasilkan sering kali berisi ajakan untuk menghormati perbedaan dan menjaga persatuan di tengah keberagaman.
Pesantren NU juga mulai mengadopsi platform pembelajaran online yang melibatkan peserta dari berbagai wilayah. Melalui kelas virtual, santri berinteraksi dengan peserta lain yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda. Interaksi ini tidak hanya memperkaya wawasan santri tetapi juga mengajarkan mereka tentang pentingnya komunikasi yang inklusif di era global.
Beberapa pesantren NU bahkan mengintegrasikan materi pendidikan multikultural ke dalam kurikulum berbasis teknologi. Misalnya, santri diajak untuk membuat proyek multimedia yang mempromosikan nilai-nilai toleransi dan keberagaman. Proyek ini tidak hanya melatih keterampilan teknis santri tetapi juga memperkuat pemahaman mereka tentang pentingnya multikulturalisme dalam kehidupan bermasyarakat.
Melalui pemanfaatan teknologi, pesantren NU berhasil menjangkau generasi muda dengan cara yang relevan dan efektif. Pendidikan multikultural yang disampaikan melalui media digital menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai toleransi kepada santri sekaligus menjawab tantangan zaman.
Salah satu tujuan utama pendidikan multikultural di pesantren NU adalah membentuk karakter santri yang toleran, inklusif, dan peduli terhadap keberagaman. Hal ini dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai universal seperti saling menghormati, kerja sama, dan keadilan sejak dini. Nilai-nilai ini diajarkan tidak hanya melalui pembelajaran formal, tetapi juga melalui keteladanan kiai dan ustaz yang menjadi panutan bagi para santri.
Proses pembentukan karakter ini juga diperkuat melalui kehidupan sehari-hari di asrama pesantren. Santri yang berasal dari berbagai daerah dengan latar belakang budaya yang berbeda belajar untuk hidup bersama dalam harmoni. Konflik yang mungkin terjadi di antara mereka diselesaikan melalui dialog dan pendekatan yang berlandaskan nilai-nilai Islam.
Kegiatan keagamaan di pesantren NU, seperti tahlilan, maulid nabi, dan ziarah kubur, juga menjadi media untuk mengajarkan pentingnya persatuan di tengah perbedaan. Dalam kegiatan ini, santri diajak untuk merenungkan nilai-nilai kebersamaan yang diajarkan oleh Islam. Hal ini membantu mereka untuk menghargai perbedaan sebagai bagian dari rahmat Allah yang memperkaya kehidupan.
Dengan pendekatan yang holistik, pendidikan multikultural di pesantren NU tidak hanya membekali santri dengan ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk mereka menjadi individu yang siap berperan sebagai agen perdamaian di tengah masyarakat. Karakter toleran dan inklusif yang mereka miliki menjadi modal penting dalam menghadapi tantangan keberagaman di era modern.
Pada akhirnya, implementasi pendidikan multikultural dalam kurikulum pesantren NU merupakan bukti komitmen lembaga ini dalam membangun generasi yang menghargai perbedaan. Melalui integrasi nilai multikultural dalam kajian kitab kuning, kegiatan sosial, pemanfaatan teknologi, dan pembentukan karakter toleran, pesantren NU telah menciptakan model pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat yang majemuk.
Pendidikan multikultural di pesantren NU tidak hanya memperkuat identitas Islam rahmatan lil ‘alamin tetapi juga berkontribusi dalam menciptakan harmoni sosial di tengah keberagaman. Dengan pendekatan ini, pesantren NU mampu mencetak lulusan yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki kepribadian yang toleran, inklusif, dan peduli terhadap sesama.
Penulis: Zaenuddin Endy – Pengurus DPP RHMH Aljunaidiyah Biru Bone