HARIANSULSEL.COM, Makassar – Nahdlatul Ulama (NU), sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, memiliki akar sejarah yang panjang dalam memperjuangkan pendidikan Islam di tanah air. Didirikan pada 31 Januari 1926 oleh KH. Hasyim Asy’ari dan para ulama lainnya, NU hadir untuk mempertahankan ajaran Islam Ahlussunnah Wal Jamaah (Aswaja) di tengah arus modernisasi dan tantangan kolonialisme. Salah satu kontribusi terbesar NU adalah dalam membangun sistem pendidikan Islam yang kuat dan berakar pada tradisi keilmuan Islam.
Pada awal abad ke-20, sistem pendidikan di Indonesia berada di persimpangan jalan. Kolonial Belanda mendirikan sekolah-sekolah modern untuk mendukung administrasi kolonial, sementara pendidikan Islam tradisional di pesantren menghadapi tantangan serius. Para ulama melihat ancaman terhadap nilai-nilai Islam dan tradisi keilmuan yang mereka anut. Dalam konteks ini, NU didirikan sebagai respons untuk mempertahankan dan mengembangkan pendidikan Islam tradisional.
Salah satu langkah awal NU adalah mengokohkan peran pesantren sebagai pusat pendidikan Islam. Pesantren tidak hanya menjadi tempat belajar agama, tetapi juga pusat pembentukan karakter dan akhlak santri. Melalui pesantren, NU menjaga tradisi kajian kitab kuning, yang menjadi ciri khas pendidikan Islam di Nusantara. Tradisi ini memastikan bahwa ilmu-ilmu Islam, seperti tafsir, fikih, hadis, dan tasawuf, tetap diajarkan secara mendalam dan menyeluruh.
Selain itu, NU juga berperan dalam membangun jaringan pesantren yang saling mendukung. Dengan adanya koordinasi antarpesantren, NU mampu menciptakan solidaritas dan memperkuat komunitas keilmuan di berbagai daerah. Jaringan ini tidak hanya mendukung pertukaran ilmu, tetapi juga menjadi wadah untuk memperkuat identitas keislaman di tengah masyarakat.
Pada masa awal perjuangan, NU juga mendirikan madrasah-madrasah sebagai bagian dari upaya untuk melengkapi pendidikan pesantren. Madrasah ini menawarkan pendidikan yang lebih sistematis dan terstruktur, sehingga menarik minat lebih banyak masyarakat untuk menyekolahkan anak-anak mereka.
Tidak hanya itu, NU aktif melibatkan masyarakat dalam pengelolaan pendidikan. Para tokoh NU, melalui ceramah dan diskusi, mendorong kesadaran akan pentingnya pendidikan dalam memperkuat peradaban Islam. Langkah ini membuat NU menjadi pelopor dalam mengintegrasikan pendidikan dengan misi sosial keagamaan.
Kontribusi NU dalam Pengembangan Pesantren
NU memandang pesantren sebagai basis pendidikan yang tidak hanya mendidik individu, tetapi juga membentuk masyarakat. Salah satu tokoh penting dalam pengembangan pesantren adalah KH. Hasyim Asy’ari, yang mendirikan Pesantren Tebuireng di Jombang, Jawa Timur. Pesantren ini menjadi model bagi banyak pesantren lainnya di Indonesia. Di bawah naungan NU, pesantren-pesantren ini berkembang menjadi lembaga pendidikan yang inklusif, menggabungkan pendidikan agama dan pendidikan umum.
Seiring berjalannya waktu, NU mulai mengintegrasikan pendidikan formal ke dalam sistem pesantren. Madrasah-madrasah didirikan untuk memberikan pendidikan yang lebih terstruktur, dengan kurikulum yang mencakup ilmu agama dan ilmu umum. Langkah ini menunjukkan fleksibilitas NU dalam merespons kebutuhan zaman tanpa meninggalkan akar tradisinya.
Selain mengintegrasikan pendidikan formal, NU juga memperkenalkan pelatihan keterampilan kepada para santri. Pelatihan ini mencakup keterampilan bercocok tanam, kerajinan tangan, hingga kewirausahaan. Dengan demikian, pesantren tidak hanya mencetak ulama, tetapi juga individu yang mampu berkontribusi pada perekonomian masyarakat.
Pesantren-pesantren NU juga menjadi pusat pemberdayaan masyarakat. Di banyak daerah, pesantren menyediakan layanan kesehatan, konsultasi keagamaan, dan bimbingan sosial. Peran ini menunjukkan bagaimana pesantren NU melampaui fungsi pendidikan dan menjadi agen perubahan sosial.
Untuk menjaga kualitas pendidikan, NU secara berkala menyelenggarakan forum kajian dan pelatihan untuk para guru dan pengelola pesantren. Forum ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mereka, sehingga mampu menghadapi tantangan pendidikan di era modern.
Peran NU dalam Sistem Pendidikan Nasional
Setelah Indonesia merdeka, NU memainkan peran penting dalam membangun sistem pendidikan nasional. NU mendorong pengakuan terhadap pendidikan berbasis agama, seperti pesantren dan madrasah, sebagai bagian integral dari sistem pendidikan di Indonesia. Pada tahun 1975, pemerintah Indonesia mengeluarkan keputusan bersama yang mengatur kurikulum madrasah agar setara dengan sekolah umum. Hal ini tidak lepas dari peran NU dalam advokasi kebijakan pendidikan.
Selain itu, NU juga mendirikan lembaga-lembaga pendidikan tinggi, seperti Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) di berbagai daerah. Lembaga-lembaga ini bertujuan untuk mencetak generasi muda yang tidak hanya memiliki pengetahuan agama yang kuat, tetapi juga kompetensi di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.
NU juga aktif dalam pengembangan pendidikan vokasi. Melalui program ini, NU memberikan pelatihan keterampilan teknis kepada generasi muda, sehingga mereka siap memasuki dunia kerja. Program ini berperan penting dalam mengurangi pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Sebagai bagian dari advokasinya, NU juga terlibat dalam pembahasan kebijakan pendidikan bersama pemerintah. NU berupaya memastikan bahwa kebijakan yang diambil tidak hanya mendukung pendidikan formal, tetapi juga pendidikan berbasis keagamaan yang menjadi ciri khas Indonesia.
Untuk memperluas akses pendidikan, NU bekerja sama dengan berbagai pihak untuk menyediakan fasilitas pendidikan di daerah-daerah terpencil. Upaya ini mencerminkan komitmen NU untuk mencerdaskan kehidupan bangsa tanpa diskriminasi.
Pendidikan NU dan Pemberdayaan Masyarakat
NU memahami bahwa pendidikan adalah kunci untuk pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, NU aktif mengembangkan program-program pendidikan yang dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, termasuk yang kurang mampu. Melalui Lembaga Pendidikan Ma’arif NU, organisasi ini mengelola ribuan sekolah dan madrasah di seluruh Indonesia. NU juga memberikan beasiswa kepada siswa berprestasi dari keluarga tidak mampu, sebagai bagian dari komitmennya untuk meningkatkan akses pendidikan.
Dalam pemberdayaan masyarakat, NU juga menginisiasi program literasi untuk memberantas buta aksara di berbagai daerah. Program ini dirancang untuk memberdayakan masyarakat agar dapat meningkatkan taraf hidup mereka melalui pendidikan.
NU juga mendorong peran perempuan dalam pendidikan. Dengan mendirikan madrasah khusus perempuan, NU memberikan kesempatan kepada kaum perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Hal ini sejalan dengan prinsip Islam yang menghormati hak-hak perempuan.
Selain itu, NU sering mengadakan pelatihan keterampilan bagi masyarakat dewasa. Pelatihan ini mencakup berbagai bidang, seperti pertanian, perdagangan, dan kerajinan tangan, yang bertujuan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi masyarakat.
Tantangan dan Inovasi di Era Modern
Di era modern, NU menghadapi tantangan baru dalam dunia pendidikan. Globalisasi dan perkembangan teknologi informasi menuntut sistem pendidikan yang adaptif dan inovatif. NU merespons hal ini dengan memodernisasi kurikulum pesantren, termasuk memasukkan pembelajaran berbasis teknologi. Beberapa pesantren di bawah naungan NU kini telah menggunakan platform digital untuk mendukung proses pembelajaran.
Selain itu, NU juga terus mempromosikan pendidikan yang mengedepankan nilai-nilai toleransi, pluralisme, dan moderasi Islam. Di tengah maraknya radikalisme, pendidikan berbasis NU menjadi benteng untuk menjaga harmoni sosial dan mempromosikan Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
NU juga mengembangkan program pengajaran berbasis proyek untuk meningkatkan kreativitas dan keterampilan siswa. Pendekatan ini memberikan pengalaman belajar yang relevan dengan kehidupan nyata dan mendorong siswa untuk berpikir kritis.
Untuk menjawab kebutuhan zaman, NU mendirikan pusat-pusat riset dan inovasi. Pusat-pusat ini bertujuan untuk menghasilkan solusi atas berbagai tantangan yang dihadapi oleh masyarakat, terutama dalam bidang pendidikan. NU juga aktif memanfaatkan media sosial dan platform digital untuk menyebarkan nilai-nilai pendidikan Islam. Dengan cara ini, NU dapat menjangkau generasi muda yang lebih akrab dengan teknologi.
Pada dasarnya dapat dikatakan bahwa sejarah dan peran NU dalam pendidikan menunjukkan komitmen organisasi ini untuk membangun masyarakat yang berilmu dan berakhlak. Dari menjaga tradisi pesantren hingga mendirikan universitas, NU telah membuktikan dirinya sebagai pilar penting dalam pendidikan Islam di Indonesia. Ke depan, NU diharapkan terus berinovasi dan berkontribusi dalam mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akhlak mulia dan semangat kebangsaan yang kuat.
Penulis: Zaenuddin Endy – Koordinator Kader Penggerak NU Sulawesi Selatan