HARIANSULSEL.COM, Makassar – Indonesia adalah negeri yang kaya akan keragaman budaya, etnis, dan agama. Dalam kebinekaan ini, Pancasila hadir sebagai ideologi yang mempersatukan dan menjadi dasar negara. Namun, mempertahankan Pancasila di tengah arus globalisasi, pengaruh ideologi luar, dan pergeseran nilai bukanlah hal yang mudah. Di sinilah peran ideologi Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) yang dianut oleh Nahdlatul Ulama (NU) menjadi sangat penting. Aswaja bukan hanya kerangka teologis, tetapi juga pedoman yang sejalan dengan semangat Pancasila dalam menjaga kerukunan, kebersamaan, dan kemanusiaan. ideologi Aswaja NU berfungsi sebagai benteng Pancasila, menguatkan fondasi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ideologi Aswaja NU
Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) adalah ideologi yang berlandaskan pada pemahaman Islam yang moderat, toleran, dan inklusif. NU sebagai organisasi keagamaan terbesar di Indonesia menjadikan Aswaja sebagai pedoman dalam menjalankan ajaran Islam. Aswaja menekankan pentingnya mengikuti ajaran Rasulullah SAW dan para sahabat, yang diimplementasikan melalui keseimbangan antara teks agama (nas) dan konteks sosial. Pendekatan ini menjaga agar Islam tetap relevan dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari tanpa harus meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan dan kebudayaan lokal.
NU mengamalkan prinsip-prinsip Aswaja dengan mengedepankan tawassuth (moderat), tasamuh (toleran), i’tidal (adil), dan tawazun (seimbang). Prinsip-prinsip ini menjadikan NU sebagai organisasi yang berperan aktif dalam menjaga keharmonisan masyarakat Indonesia yang majemuk. Moderasi dan toleransi yang diajarkan Aswaja sejalan dengan semangat Pancasila, menjadikannya benteng yang kokoh dalam menghadapi berbagai tantangan ideologi yang bisa mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila Pertama Pancasila dan Keselarasan dengan Aswaja NU
Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, menegaskan bahwa Indonesia adalah negara yang berlandaskan pada kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. NU, melalui ajaran Aswaja, mendukung penuh prinsip ini dengan mengakui kebebasan beragama dan menghormati perbedaan keyakinan. NU memandang bahwa semua manusia memiliki hak untuk menjalankan ibadah dan meyakini agamanya masing-masing, selama tidak mengganggu hak orang lain.
NU mengajarkan bahwa perbedaan agama bukanlah alasan untuk memecah belah persatuan. Hal ini selaras dengan pandangan Aswaja yang menekankan pentingnya toleransi antarumat beragama. Aswaja menegaskan bahwa sikap menghormati keyakinan orang lain adalah bagian dari kewajiban seorang Muslim untuk menciptakan perdamaian. Dengan sikap ini, NU membuktikan bahwa ajaran Islam yang moderat dan inklusif dapat sejalan dengan nilai Pancasila, menjaga keharmonisan dalam keberagaman agama di Indonesia.
Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Aswaja NU mengajarkan bahwa Islam adalah agama yang menempatkan kemanusiaan di tempat yang tinggi. Hal ini sejalan dengan sila kedua Pancasila, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Prinsip ini mendorong warga NU untuk bersikap adil, menghormati hak-hak manusia, dan menegakkan keadaban dalam pergaulan sosial. Sikap menghargai sesama manusia tanpa memandang latar belakang etnis, agama, atau status sosial adalah wujud nyata dari penerapan nilai-nilai Aswaja dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui pendidikan, dakwah, dan berbagai program sosial, NU secara aktif menanamkan nilai-nilai kemanusiaan. NU juga sering terlibat dalam gerakan sosial untuk membantu masyarakat yang membutuhkan, seperti bantuan bencana, pengentasan kemiskinan, dan program kesehatan. Dengan cara ini, NU tidak hanya mengajarkan, tetapi juga mempraktikkan sila kedua Pancasila secara nyata, menjadikan ideologi Aswaja sebagai kekuatan yang mendukung keadilan dan kemanusiaan.
Persatuan Indonesia dan Peran Aswaja dalam Menjaga Keutuhan Bangsa
Sila ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia, adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi negara ini. Dengan keberagaman etnis dan budaya, menjaga persatuan bukanlah hal yang mudah. Di sinilah peran NU dan ideologi Aswaja menjadi sangat relevan. NU menekankan pentingnya menjaga persatuan di atas perbedaan, baik perbedaan mazhab, pandangan politik, maupun budaya. Prinsip tawazun (keseimbangan) dalam Aswaja mendorong NU untuk bersikap bijak dan adil dalam menghadapi perbedaan, sehingga dapat menciptakan harmoni di tengah keberagaman.
NU secara aktif terlibat dalam berbagai dialog antarumat beragama, kegiatan kebudayaan, dan kerjasama lintas komunitas untuk memperkuat persatuan. Melalui pendekatan kultural, NU menjaga agar perbedaan yang ada di Indonesia tidak menjadi pemicu konflik, tetapi justru menjadi kekayaan yang memperkuat persatuan. Semangat Aswaja dalam menjaga keseimbangan dan toleransi adalah benteng yang kuat bagi keutuhan bangsa, sejalan dengan nilai sila ketiga Pancasila.
Demokrasi dan Hikmah Kebijaksanaan: Perwujudan Sila Keempat
Sila keempat Pancasila, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, mengajarkan pentingnya demokrasi yang bermartabat. NU, dengan ideologi Aswaja-nya, mendukung prinsip-prinsip demokrasi yang adil dan menjunjung tinggi musyawarah. Dalam Aswaja, pengambilan keputusan melalui musyawarah adalah cerminan dari sikap adil dan kebijaksanaan yang sangat dihargai.
NU mencontohkan bagaimana musyawarah dan dialog dapat menjadi solusi dalam menghadapi perbedaan pandangan. Baik dalam hal keagamaan maupun sosial, NU selalu mendorong untuk mengutamakan dialog yang santun dan mencari solusi yang mengedepankan kepentingan bersama. Sikap ini sejalan dengan prinsip demokrasi Pancasila yang mengutamakan kebijaksanaan dan permusyawaratan, bukan kekerasan atau paksaan.
Keadilan Sosial dan Pengabdian NU untuk Masyarakat
Sila kelima Pancasila, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia, menjadi landasan bagi NU dalam menjalankan berbagai program sosial dan kemasyarakatan. Aswaja mengajarkan bahwa kesejahteraan umat adalah bagian dari tanggung jawab sosial setiap Muslim. Dengan prinsip ini, NU aktif dalam melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti program pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi.
NU percaya bahwa keadilan sosial hanya bisa tercapai jika semua lapisan masyarakat memiliki akses yang sama terhadap kesempatan dan layanan. Oleh karena itu, NU sering mengadakan program-program yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan sosial dan membantu mereka yang berada di lapisan bawah masyarakat. Prinsip i’tidal (adil) dalam Aswaja menggarisbawahi bahwa keadilan bukan hanya sebuah konsep, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan nyata. Dengan program-program ini, NU berperan aktif dalam mewujudkan sila kelima Pancasila dan menjaga keselarasan sosial di tengah masyarakat.
Aswaja NU sebagai Benteng Pancasila
Ideologi Aswaja NU tidak hanya menjadi panduan spiritual bagi para warganya, tetapi juga menjadi benteng yang melindungi Pancasila dari berbagai ancaman yang bisa merongrong persatuan bangsa. Nilai-nilai moderasi, toleransi, keadilan, dan keseimbangan dalam Aswaja sejalan dengan semangat Pancasila yang mengutamakan persatuan, kemanusiaan, dan keadilan sosial. Dalam menghadapi tantangan zaman, NU dengan ideologi Aswaja-nya terus berperan aktif dalam memperkuat pondasi Pancasila, menjaga keutuhan bangsa, dan memastikan bahwa Indonesia tetap menjadi negara yang damai dan sejahtera.
Pancasila sebagai rumah besar bangsa Indonesia membutuhkan penjaga yang dapat melindunginya dari perpecahan dan ancaman radikalisme. Ideologi Aswaja NU, dengan segala nilai moderasi dan kebijaksanaannya, adalah benteng yang kokoh untuk menjaga Pancasila tetap hidup dan relevan di tengah arus globalisasi dan pergeseran nilai-nilai. Melalui pengabdian yang berkelanjutan, NU terus menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam yang moderat dan inklusif dapat berjalan seiring dengan semangat Pancasila, menjadikan Indonesia sebagai negeri yang harmonis, adil, dan penuh toleransi.
Penulis: Zaenuddin Endy – Aktivis Penggerak NU Sulsel