HARIANSULSEL.COM, Makassar – KH Wahid Hasyim merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah pendidikan Islam di Indonesia. Sebagai pemikir progresif, beliau dikenal karena gagasannya yang moderat dan relevan dengan perkembangan zaman. Dalam pandangannya, pendidikan harus menjadi sarana pembentukan manusia yang tidak hanya memahami agama, tetapi juga mampu menghadapi tantangan global. Dengan pendekatan ini, KH Wahid Hasyim memadukan nilai-nilai keislaman dengan sistem pendidikan modern untuk menciptakan generasi yang berpengetahuan luas, toleran, dan beradab.
Salah satu pemikiran utama KH Wahid Hasyim adalah pentingnya pendidikan Islam yang terbuka terhadap ilmu pengetahuan modern. Beliau berpendapat bahwa umat Islam tidak boleh terisolasi dari perkembangan ilmu dan teknologi. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan yang beliau usulkan tidak hanya mencakup ilmu-ilmu agama seperti tafsir, hadis, dan fikih, tetapi juga mencakup ilmu pengetahuan umum seperti matematika, sains, dan sejarah. Integrasi ini bertujuan agar umat Islam dapat bersaing di tingkat global tanpa kehilangan identitas keagamaannya.
KH Wahid Hasyim juga menekankan pentingnya nilai moderasi (wasathiyyah) dalam pendidikan. Beliau percaya bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan keseimbangan antara spiritualitas dan materialitas. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus menghindari pendekatan ekstrem, baik yang terlalu tekstual maupun yang terlalu liberal. Dalam hal ini, KH Wahid Hasyim berusaha membangun pendidikan Islam yang mengajarkan toleransi, kebijaksanaan, dan penghargaan terhadap perbedaan.
Sebagai Menteri Agama pertama Republik Indonesia, KH Wahid Hasyim memperjuangkan pendidikan Islam agar mendapat perhatian dalam sistem pendidikan nasional. Ia berhasil mengintegrasikan pendidikan agama ke dalam kurikulum sekolah umum. Kebijakan ini merupakan langkah besar dalam membangun generasi yang memiliki dasar spiritual yang kuat tanpa mengesampingkan ilmu pengetahuan umum. Langkah tersebut juga memperkuat posisi pendidikan Islam dalam konteks keindonesiaan.
KH Wahid Hasyim juga sangat mendukung pendidikan perempuan. Dalam pandangannya, perempuan memiliki peran penting dalam mendidik generasi masa depan. Oleh karena itu, beliau mendorong agar perempuan mendapatkan akses pendidikan yang setara dengan laki-laki. Pemikiran ini menunjukkan visi beliau yang inklusif dan progresif dalam menjawab tantangan sosial pada masanya.
Pendidikan berbasis pesantren juga menjadi perhatian utama KH Wahid Hasyim. Beliau berusaha memperbarui sistem pesantren dengan memasukkan ilmu pengetahuan modern tanpa mengurangi fokus pada kajian agama. Upaya ini bertujuan untuk menjadikan pesantren sebagai pusat pendidikan yang tidak hanya melahirkan ulama, tetapi juga intelektual yang mampu berkontribusi di berbagai bidang.
Dalam konteks keindonesiaan, KH Wahid Hasyim mengajarkan pentingnya nasionalisme dalam pendidikan. Beliau menekankan bahwa cinta tanah air adalah bagian dari iman. Oleh karena itu, pendidikan harus mengajarkan siswa untuk mencintai bangsa dan negara tanpa melupakan identitas keislaman. Pandangan ini relevan dalam membangun generasi yang memiliki rasa kebangsaan kuat sekaligus berakar pada nilai-nilai agama.
KH Wahid Hasyim juga sangat menekankan pentingnya toleransi dalam pendidikan. Dalam pandangannya, pendidikan harus menjadi alat untuk membangun perdamaian di tengah masyarakat yang beragam. Beliau percaya bahwa perbedaan adalah sunatullah yang harus dihormati. Oleh karena itu, pendidikan Islam harus mengajarkan siswa untuk hidup berdampingan secara harmonis dengan orang-orang dari berbagai latar belakang.
Pemikiran KH Wahid Hasyim tentang moderasi dalam pendidikan juga mencakup pembentukan karakter. Beliau menegaskan bahwa pendidikan tidak hanya bertujuan untuk mencetak individu yang cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki moral yang baik. Oleh karena itu, pendidikan karakter menjadi bagian penting dari kurikulum yang beliau gagas.
Di sisi lain, KH Wahid Hasyim juga menekankan pentingnya hubungan antara guru dan murid dalam proses pendidikan. Beliau mengajarkan bahwa guru harus menjadi teladan yang baik bagi murid-muridnya. Sebaliknya, murid harus menghormati gurunya agar proses pendidikan berjalan dengan penuh keberkahan. Pandangan ini menunjukkan pentingnya nilai-nilai etika dalam dunia pendidikan.
Dalam memperjuangkan pendidikan Islam yang moderat, KH Wahid Hasyim sering berdialog dengan berbagai kelompok, baik dari kalangan tradisionalis maupun modernis. Pendekatan inklusif ini menunjukkan bahwa beliau adalah seorang pemikir yang mengedepankan dialog daripada konflik. Dengan cara ini, beliau berhasil menjembatani perbedaan pandangan dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia.
Pemikiran KH Wahid Hasyim juga mencerminkan visi Islam yang universal. Beliau percaya bahwa pendidikan Islam harus mengajarkan nilai-nilai universal seperti keadilan, kejujuran, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Nilai-nilai ini, menurut beliau, tidak bertentangan dengan ajaran Islam, tetapi justru merupakan inti dari agama.
Sebagai seorang ulama sekaligus negarawan, KH Wahid Hasyim menunjukkan bahwa pendidikan Islam yang moderat dapat menjadi pilar penting dalam membangun bangsa. Melalui pemikirannya, beliau berhasil mengubah paradigma pendidikan Islam yang sebelumnya dianggap konservatif menjadi lebih inklusif dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Pada kesimpulannya,
Pemikiran KH Wahid Hasyim tentang Islam moderat dalam pendidikan menawarkan pendekatan yang inklusif, seimbang, dan relevan. Dengan mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan modern, beliau menciptakan paradigma pendidikan yang tidak hanya mencetak generasi cerdas secara intelektual, tetapi juga berkarakter, toleran, dan cinta tanah air. Pemikiran ini tetap relevan hingga kini, terutama dalam membangun sistem pendidikan yang mampu menjawab tantangan global tanpa meninggalkan nilai-nilai keislaman.
Penulis: Zaenuddin Endy – Direktur Institute for Social and Cultural Studies (ISCS), Direktur Pangadereng Institut (PADI)