Dilan dan Milea Membincang Valentine yang Haram

HARIANSULSEL.COM – Valentine haram? Mbok ya sudahi saja perdebatan, berat, kamu tidak akan kuat.
“Milea, aku ramalkan orang-orang akan kembali latah membagikan haram merayakan hari Valentine. Kalau bukan hari ini, besok. Tunggu saja.”
Bisa jadi hal itu yang akan dikatakan Dilan jika bertemu Milea hari ini. Seolah perayaan Valentine adalah bagian dari tiga peringatan tahunan yang harus diwaspadai tiap tahun. Dimulai dari haram mengucapkan selamat natal di Desember, haram merayakan tahun baru di Januari dan terakhir haram memperingati Valentine day di Februari.
Saya tidak akan berdebat tentang merayakan Valentine day boleh atau tidak. Cape akutuuuu debat-debat. Fokus sajalah dengan kata kasih sayangnya. Jangan salfok (salah fokus) guys.
Menurut saya, hari-hari ini rasa kasih sayang kita kepada sebangsa setanah sedang diuji. Berapa hari yang lalu linimasa heboh oleh seseorang yang menyerang umat Kristen yang sedang beribadah di Gereja, lalu ada pengusiran seorang Buddhis dari rumahnya. Sebelumnya, ada seorang Kyai dianiaya saat berdzikir setelah sholat.
Provokator sedang melakukan cara barbar untuk memecah belah anak bangsa. Saya melihatnya sebagai bentuk penguatan politik identitas agar satu golongan membenci golongan lain. Saat kebencian sudah merajalela, di situlah para ‘udang di balik batu’ mengambil keuntungan dari kita semua, bersabarlah. Cobaan ini mungkin akan semakin kuat di pemilihan presiden tahun depan.
Kita perlu menahan diri agar tidak terprovokasi, karena tujuannya adalah memecahtbelah, mari lawan dengan mensyiarkan kasih sayang kepada siapapun, karena bisa jadi dari perlawan tersebut Allah mengasihi dan merahmati kita. Rasulullah pernah bersabda “Allah SWT. tidak akan mengasihi seseorang yang tidak punya belas kasih terhadap orang lain.” (HR Bukhari dan Muslim).
Menyebar Kasih Sayang
Seorang muslim bertanggungjawab untuk menyebarkan kasih sayang, bukan malah mengganggu golongan lain demi Bidadari, bukan. Mengapa? karena Rasulullah diperintah oleh Allah untuk menjadi rahmat untuk segala makhluk di semesta raya. Wamaa arsalnaaka Illa rahmatan lil ‘alamin; Kami tidak mengutusmu kecuali sebagai rahmat bagi alam semesta (al-Anbiya’: 107).
Rasulullah membawa misi rahmat untuk semesta, maka sebagai muslim sudah sewajarnyalah kita menjadi pelanjut perjuangan Rasulullah untuk menebar cinta kasih kepada semuanya. Tidak ada alasan logis satupun bisa diterima membenarkan prilaku orang-orang yang melakukan tindakan dzalim atas nama Islam. Mereka itu jelas bukan meniru Rasulullah!
 “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu..”(Qs. Ali Imran: 159)
Menurut Habib Quraish Shihab, makna ayat di atas adalah sebagaimana wujudNya yang penuh kasih sayang kepada umat manusia, kita pun harus saling bersikap lemah lembut dan tidak berkata kasar karena kekeliruan orang lain (termasuk soal keyakinan). Dan seandainya kita bersikap kasar dan keras, manusia akan bercerai berai dan orang yang keliru tersebut tidak akan mendengarkan pesan-pesan kebenaran dari kita.
Jika kemudian kita meyakini Islam adalah jalan kebenaran, maka tunjukkanlah dengan perilaku baik, bukan dengan sikap kasar dan keras karena cara demikian hanya akan membuat permusuhan dan yang rugi kita sebagai bangsa.
Butuh Hari Kasih Sayang?
Saya masih bertanya-tanya, mengapa semakin ke sini kita semakin kehilangan rasa saling mengasihi kepada sesama manusia? Padahal menyadari sebaik-sebaiknya tiap makhluk adalah ciptaan Allah, sudah cukup untuk tidak saling menyakiti. Mungkin benar diantara kita ada yang mabuk agama, istilah untuk orang-orang yang terlalu menuhankan agamanya, sampai lupa dengan Allah yang menghendaki perbedaan dalam iman.
Orang-orang mabuk agama terlalu mabuk hingga lupa untuk tadabbur peringatan dari Allah untuk tidak gambang mencela.“Dan janganlah kamu memaki sesembahan-sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan” (al An’am : 108)
Habib Quraish Shihab menjelaskan makna ayat al An’am diatas, bahwa orang-orang Mukmin tidak dibenarkan untuk mencela patung-patung yang disembah oleh orang-orang musyrik selain Allah. Hal itu akan membuat mereka marah dan bukan tidak mungkin berbalik mencela Allah. Biarkanlah Allah yang menjadi hakim atas perbuatan mereka.
Benar, biarkan Allah menjadi hakim atas perbuatan manusia di dunia. Tugas kita hanya untuk saling mengingatkan dan berlomba-lomba dalam kebaikan. Berlomba dengan baik  dan benar, bukan dengan cara curang; suka menyenggol bacok, tetapi ketika disenggol teriak penistaan.
Penutup, saya kepikiran ucapan kata kawan lama “Bisakah kita berbicara damai, tanpa didahului sebuah pertikaian?” sepertinya jawabannya belum nampak saat ini. Namun, maraknya aksi saling menyakiti antar umat beragama akhir-akhir ini, menjadikan hari kasih sayang tahun ini terasa berbeda. Tidak lagi berdebat kusir boleh atau tidak merayakan, tetapi menjadi momen mengintropeksi diri bagi tiap pemeluk agama tentang kasih sayang yang dimiliki. Mungkin sudah lama hilang, bersama akal sehat. Wallahu ‘alam bishowab. (islami.co/and)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *